Berita

Adhie M Massardi

Demokrat Partai Tokai

Oleh Adhie M. Massardi
RABU, 15 JUNI 2011 | 07:30 WIB

TOKAI adalah merek korekapi gas sekali pakai pertama dan penguasa pasar di Indonesia. Tokai sendiri sebenarnya nama korporasi lumayan besar di Jepang, yang memroduksi berbagai jenis barang yang daya sebarnya mendunia.

Dalam pengertian yang lain, menurut versi bahasa gaul yang berkembang di kota-kota besar di masyarakat kita, “tokai” juga bisa berarti “kotoran manusia” atau limbah mahluk hidup lainnya.

Dalam tulisan ini, Anda dibebaskan untuk memilih pengertian “tokai” yang mana saja. Yang penting sesuai dengan bisikan hati Anda. Sebab sejak rezim kelam Orba tumbang, sekonyong-konyong memang bermunculan partai politik (parpol). Memang seperti ulat bulu di Jawa tempo hari…

Semula kita berharap ulat-ulat bulu itu berkembang menjadi kepompong. Lalu bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dengan sayap-sayapnya yang lebar, aneka warna. Berterbangan di taman bunga Nusantara yang bhineka itu…

Tapi jangan salahkan mereka, yang melahirkan partai-partai ulat bulu itu. Ini akibat terlalu lama bangsa Indonesia hidup tanpa kemerdekaan berkumpul dan berserikat. Maka ketika koridor kebebasan berkumpul dan berserikat dibuka oleh kekuatan gerakan reformasi, lebih banyak orang mengambil kesempatan ini untuk mendirikan parpol tanpa terlebih dulu belajar mengenai aturan, ideologi, moral, etika dan cita-cita para founding fathers.

Akibatnya banyak parpol yang “tidak tahu apa tujuannya”, sedangkan  sebagian lainnya menggunakan prinsip “tujuan menghalalkan cara”. Keduanya menimbulkan kerusakan politik yang tak mudah membenahinya kembali.

Tapi itu merupakan harga yang harus dibayar dalam proses belajar menuju tingkat profesionalisme yang standar, untuk meningkatkan peran parpol sebagai lembaga pengaderan penyelenggara negara dalam tatanan demokrasi.

Partai Demokrat, yang konon digagas Jenderal (Pur) DR H SB Yudhoyono, yang di masa Orba dikenal sebagai salah satu “putra terbaik” TNI/ABRI karena kadar intelektualitasnya (2001), semula diduga akan berbeda dengan parpol-parpol sebelumnya yang menganggap “tujuan menghalalkan cara” dan yang “tak tahu apa tujuannya”.

Akan tetapi skandal penyuapan dan patpatgulipat APBN di DPR yang dilakukan M Nazaruddin, Bendahara Umum  partai, sekonyong-konyong membuka mata publik. “Ternyata Partai Demokrat setali tiga uang…!”

Lalu survei membuktikan, pasca skandal Nazaruddin yang kini jadi buron KPK tapi konon dapat perlindungan ekstra kuat, nasib Partai Demokrat tak beda dengan kelakuan parpol lain yang sudah diketahui publik kebrengsekannya. Tapi salahkah orang-orang Partai Demokrat? Salahkah Jenderal Yudhoyono yang jadi Ketua Dewan Pembinanya?

Menurut saya sih tidak. Karena kalau kita lihat sejarah berdirinya, seperti dirilis di situs resmi Partai Demokrat (http://www.demokrat.or.id/sejarah) “…Hasilnya adalah beberapa orang diantaranya saudara Vence Rumangkang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden, dan bahwa agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satu-satunya adalah mendirikan partai politik.”

Jadi tujuan dan cita-cita hakiki Partai Demokrat memang bukan menjadi bagian dari elemen bangsa dalam menyejahterakan rakyat lewat sistem demokrasi. Setelah tujuan dan cita-cita “memresidenkan SBY” sang penggagas tercapai, bahkan hinga dua kali (2004 dan 2009), maka urusan pun dianggap usai.

Apakah skandal yang dibuat Nazaruddin, yang menggegerkan dunia perpolitikan nasional, yang kemungkinan besar melibatkan para pentolan partai lainnya, merupakan bagian dari proses peleburan dan pemusnahan partai?

 Kalau benar begitu, Partai Demokrat memang jadi seperti “partai tokai”, yang sempat diisi ulang sepert di terminal-terminal angkot, hingga bisa dipakai dua periode. Cuma setelah itu, nasib korekapi memang hancur lebur…! [***]


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya