RMOL. Wakil Kepala Polri, Komjen Nanan Soekarna mengatakan, pihaknya tidak memberikan perlindungan kepada pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang.
Kepolisian, lanjut Nanan, bertindak tegas terhadap siapa saja bila terbukti melakukan tindakan makar, termasuk dengan pimpinan Negara Islam IndoÂnesia.
“Kami tidak menutup-nutupi kasus NII. Kalau nanti kami sudah mengantongi bukti-bukti terkait kasus tersebut, tentu diÂproÂses secara hukum. Tidak ada perÂlindungan kepada Panji GumiÂlang,’’ ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, NII KW9 telah melakukan penculiÂkan dan cuci otak terhadap beÂbeÂrapa orang, terutama setelah menÂcuatnya kasus penculikan terÂhadap Laela Febriani alias Lian. Jaringan ini melakukan rekrutÂmen dengan modus pengÂgalaÂngan dana untuk menghidupi jaringan mereka.
“Jaringan NII KW9 melakukan penggalangan dana besar-besaran karena bermula terlilit utang cuÂkup besar yakni Rp50 miliar pada sebuah bank pada 2004,†kata Sholahuddin yang meruÂpakan peneliti sejarah Daruul Islam.
Nama Panji Gumilang pun disebut-sebut sebagai pimpinan NII KW9 dan juga sebagai pimÂpiÂnan pondok pesantren Al-Zaytun. Panji Gumilang meÂnyangÂkal keterlibatan dirinya daÂlam organisasi tersebut. Namun bekas pentolan Darul Islam/NII Al Chaidar menyaÂkinkan bahwa Panji Gumilang adalah Abu Toto, pimpinan NII KW9.
Berikut kutipan wawancara dengan Nanan Soekarna: Bagaimana laporan NII CriÂsis Center tentang ada 2 orang yang hilang?Semua ada prosedurnya. MoÂhon maaf saya tidak bisa menjaÂwab detail. Tapi kalau ada komÂplain tentang penanganan, mohon informasikan kepada kita. Pada prinsipnya kami ingin segera meÂnangani. Secara hukum mungkin sulit ditindak, tapi secara politik dan keamanan semua mesti
alert. Informasikan itu agar polisi cuÂkup bukti dan unsur pidana, seÂhingga kami akan menindaknya.
Apa ada pengaruh pengamaÂnan setelah meninggalnya Osama Bin Laden?Meninggal atau tidak meÂningÂgalÂÂnya Osama, aparat kepoÂlisian tetap waspada terhaÂdap ancaman teror. Jajaran kepolisian dan yang lain sudah menjadi satu bagian dalam melakukan tindaÂkan peÂngaÂmanan.
Bagaimana dengan pengaÂmaÂnan ASEAN Summit, apa tiÂdak khawatir terjadi balas denÂdam atas tewasnya Osama?Kami sudah melakukan
checÂking terakhir bersama WaÂpres untuk pengamanan, penyelengÂgaÂraan maupun kenyamanan peÂserta. Walaupun kami sudah siap, kami mohon informasi bila ada yang mencurigakan, seÂhingga segala sesuatunya bisa dicegah. Ini demi wajah IndoneÂsia di deÂpan ASEAN dan dunia bisa tampil dengan baik. Ini pertaruÂhan kalau terjadi apa-apa. Sebab, akan meÂrusak citra Indonesia.
Apa antisipasi bila terjadi teror?Semua aspek yang memungÂkinkan untuk mengganggu pengaÂÂmanan, keamanan, dan kenyamaÂnan sudah kami antisiÂpasi. Namun demikian meminta masukan dari masyarakat, seÂhingga kami bisa lebih alert. Ini demi wajah kita di hadapan ASEAN dan dunia bahwa kita berhasil menyelenggaÂrakan event yang besar.
Titik-titik mana saja yang diÂpersiapkan untuk diamankan?Semua titik sudah kami siapÂkan agar kondisi tetap kondusif. Kami sudah mempersiapkan perÂsonil di semua titik tersebut. Tujuh ribu anggota sudah kami siagakan yang terdiri dari unsur Kepolisian dan TNI. Kami sudah siapkan, kapan polisi di ring 1, kapan di ring 2 maupun di ring 3. Artinya, kami secara bersama melakukan pengamanan, hingga mengatur kapan beralih peran di tiap ring tersebut.
Apa benar Jakarta dalam status Siaga I?Yang siaga itu kami dan TNI. Sedangkan teman-teman yang lain santai saja. Tidak ada yang dikhawatirkan. Artinya kami siap mengamankan pelaksanaan KTT ini. Tapi siapa tahu ada di luar kendali kami, teman-teman dan rekan semua tolong memberikan informasi, jangan diumpetin.
Kabarnya ada mobil tak berÂtuan di pintu 1 Senayan?Itu adalah skenario latihan saja. Kita mengecek sejauhmana keÂwaspadaan dari semua petugas agar bisa menemukan benda menÂÂcurigakan. Selain itu, kami ingin melihat sejauh mana para petugas bisa mengantisipasi anÂcaman dan teror yang terjadi menjelang event akbar ini.
Bagaimana pengamanan radikalisme di kampus?Polisi siap masuk kampus untuk mendeteksi upaya-upaya radikalisasi yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan ReÂpublik Indonesia (NKRI). Jika upaya radikalisasi tersebut sudah benar-benar mengarah pada tinÂdakan makar, aparat kepolisian siap melakukan penangkapan. NKRI itu harga mati, tidak boleh dikalahkan dengan upaya radiÂkalisme.
Bukannya itu menghambat keÂbebasan ekspresi mahaÂsiswa?Tentunya polisi tidak akan bertindak gegabah menyikapi potensi-potensi penghancuran NKRI. Upaya polisi untuk meÂngaÂÂwasi dunia kampus itu bukan suatu bentuk pelanggaran. SeÂlama ini polisi terus memantau kampus termasuk untuk menÂcegah tindak kriminal. Kita kan wajib mengawasi untuk jaga-jaga ada pencurian mobil atau motor, misalnya. Apa itu salah.
Bagaimana dengan RUU Intelijen?Pencegahan dari aparat keÂpolisian tersebut bisa benar-benar dijalankan ketika RUU Intelijen yang sekarang dibahas di DPR bisa segera dituntaskan. Intinya polisi itu menangkap yang berÂbuat kejahatan.
[RM]