Letjen (Purn) Kiki SyahÂnakri
RMOL. Ada beberapa jenderal TNI purnawirawan yang tidak puas dengan pemerintah SBY. Tapi tidak ada niat untuk melakukan penggulingan.
“Kudeta bukan jalan keluar yang terbaik untuk memperbaiki kondisi yang ada. Kami tidak ada pikiran ke arah penggulingan,’’ ujar Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI AD, Letjen (Purn) Kiki SyahÂnakri, kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
“Yang diinginkan para purnaÂwirawan adalah menumbuhkemÂbangkan kembali nilai-nilai ke-InÂdonesia-an, seperti kekeÂluargaÂan, goÂtong royong, musyawarah muÂfakat, toleransi dan bhineka tunggal ika,†tambah Wakil KSAD itu.
Meminjam istilah Buya Syafii Maarif, Kiki menilai bahwa cara pandang elit politik Indonesia saat ini hanya sebatas pekarangan rumah. Artinya, hanya memenÂtingkan kelompok dan pribadi, buÂÂÂkan untuk kepentingan nasional.
Sebelumnya diberitakan, Kiki Syahnakri merupakan salah satu purnawirawan yang ikut berkumÂpul di kantor Luhut Panjaitan, di Wisma Bakrie 2, Jakarta. Selain itu, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Letjen (Purn) Johny J LuÂmintang, Letjen (Purn) Agus Widjojo, dan Jenderal (Purn) AM Hendropriyono.
“Pertemuan itu hanya
ngobrol biasa. Lebih banyak membicaraÂkan masalah bisnis,’’ katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:Berapa kali Anda ikut dalam perÂtemuan itu?Saya pernah dua kali diundang ke kantornya Pak Luhut Panjaitan di Wisma Bakrie 2, Jakarta untuk makan siang. Tapi pertemuan untuk keduakalinya, di situ ada Pak Mahfud MD. Setelah itu saya tidak pernah lagi ke sana.
Dua pertemuan itu membaÂhas apa?Pertemuan pertama, waktu itu parpol-parpol kecil seperti PNBK yang kalah Pemilu 2009, mau melakukan fusi dengan beberapa parpol kecil. Ada suara minta saya ikut di sana, itu disampaikan lewat Pak Luhut. Jadi beliau menyampaikan itu kepada saya. Saat itu saya sampaikan bahwa saya tidak bisa di parpol karena sudah menjadi pengurus di PPAD dan Yayasan Jati Diri Bangsa.
Lalu pertemuan kedua?Saat itu Pak Luhut Panjaitan ingin menyerahkan bukunya Pak Sintong Panjaitan. Jadi waktu itu saya tidak kebagian, dan ternyata masih ada persediaan. Lalu ada kesempatan saya ke sana (Wisma Bakrie 2) untuk mengambilnya.
Kenapa mesti di kantor LuÂhut Panjaitan tempat perteÂmuanÂnya?
Wajar saja dilakukan sejumlah purnawirawan melakukan perteÂmuan di Wisma Bakrie 2 itu. SeÂbab, Pak Luhut punya peruÂsahaan dan beberapa jenderal beÂkerja di situ. Setiap hari berÂtemu sambil makan siang. NamaÂnya makan siang,
ngobrol politik tiÂdak maÂsalah. Jadi tidak ada yang istiÂmewa dalam pertemuan itu.
Tidak ada arahan untuk mengÂefektifkan pertemuan itu dengan mendirikan partai poliÂtik?Kalau sampai membuat partai, saya kira tidak. Tapi kalau perÂtemuan itu membicarakan politik bisa saja. Tapi saya kira sebagian besar yang kita bicarakan adalah masalah bisnis, karena kantor Pak Luhut adalah kawasan bisnis.
Tapi dikabarkan ada keingiÂnan melakukan kudeta, apakah ada pembicaraan ke situ?
Kalau itu tidak mungkin. Ini harus diwaspadai ya. Sebab, saat ini musim adu domba, musim saling gembosi. Kalau istilah kita, peÂlajaran di AKMIL sampai SESÂKO, tidak ada pelajaran kuÂdeta. Jadi kabar itu adalah omong koÂsong dan bohong.
Apakah para purnawirawan jenderal masih mendukung SBY?Ada yang masih mendukung, ada yang kecewa, dan ada juga yang sudah tidak mendukung lagi. Tapi tidak mungkin kekeÂcewaan itu dilakukan dengan cara kudeta, paling hanya bicara waÂcana saja.
Ketidakpuasan dalam hal apa?Kalau suara di kalangan purnaÂwirawan ada banyak hal, seperti ketidaktegasan SBY dan kedeÂkatan dengan kelompok liberalis. Sistem Ekonomi kita terlalu libeÂralistik dan sepenuhnya penganut pasar bebas, serta sudah terlalu jauh meninggalkan Pancasila.
Itu menandakan nilai-nilai ke-Indonesia-an kita sudah meÂmudar?
Benar. Jadi semangat kekeluarÂgaan, semangat gotong royong, dan musyawarah mufakat itu semua sudah dibuang. Penilaian itu yang selama ini disesalkan oleh para purnawirawan. SBY selaku tentara dan sapta margais, tidak bisa merubah ini.
Maksudnya?Semangat itu harus dipelihara. Sebab, kalau tidak dipelihara akan menyebabkan tingkat anarÂkisme yang tinggi dan mudah bentrok. Itu yang terjadi sekarang ini.
Bagaimana dengan Dewan ReÂvolusi Islam, apakah ada inÂdiÂkasi melakukan kudeta?
Itu dampak dari tidak terpeliÂharanya nilai-nilai ke-Indonesia-an. Jelas itu sangat bertentangan dengan semangat kita. Ini negara bangsa, bukan negara agama. Kami purnawirawan tidak punya tujuan seperti itu.
[RM]