Berita

Adhie M Massardi

DARI BENCANA KE SEPAKBOLA

Akhir dari Tahun Pencitraan

Oleh Adhie M. Massardi
RABU, 29 DESEMBER 2010 | 19:51 WIB

26 DESEMBER 2010 seperti menambah panjang deretan “misteri tanggal 26” sebagai “hari lahirnya bencana” yang mengguncang dunia. Sebab menurut catatan yang sudah banyak beredar, tanggal 26 (dalam bulan dan tahun berbeda) menjadi semacam “benang merah” rangkaian peristiwa dahsyat yang menimbulkan korban harta dan jiwa manusia luar biasa banyaknya.

Catatan “tanggal 26” itu meliputi mulai dari gempa bumi dahsyat di Portugal pada 26 Januari 1531, hingga meletusnya Krakatau (26 Agustus 1883), tsunami Aceh (26/12/04), gempa bumi Jogjakarta (26/5/06), tsunami Mentawai (26 Oktober 2010), hingga meletusnya gunung Merapi pada 26 Oktober lalu.

Tapi apa yang terjadi pada 26 Desember 2010?

Memang bukan gempa bumi, juga bukan tsunami biasa. Melainkan gempa psiologis berdampak tsunami kesedihan luar biasa bagi bangsa Indonesia yang sudah bersiap menyambut suka-cita.

Episentrum gempa itu terjadi di Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia. Di situlah, di stadion kebanggaan bangsa Malaysia, pada 26 Desember itu, Tim Garuda yang sebelumnya sangat perkasa, keok dilibas Timnas Negeri Jiran dengan skor telak 3-0. Meskipun belum memupus harapan meraih gelar jawara AFF Suzuki Cup, tapi kalah tiga gol tanpa balas jelas menipiskan harapan itu.

Dalam pertandingan, apalagi sepkabola yang akrab dengan adagium “bola itu bundar”, kalah dan menang sesungguhnya hal yang biasa saja. Bahkan Inggris, yang saat ini Liga Premier-nya paling yahud di muka bumi, pernah tak lolos putaran final Piala Dunia. Sekalinya lolos di Piala Dunia Afrika Selatan (2010), eh pulang lebih awal dibandingkan negara Afrika miskin seperti Ghana.

Tetapi gempa bola 3-0 di Bukit Jalil yang melanda Timnas Garuda itu, memang layak menimbulkan tsunami kesedihan yang menggelisahkan rakyat Indonesia, yang telah kehilangan begitu banyak kebanggaan yang pernah dimilikinya. Dan semua orang tahu, secercah harapan bangkitnya kebanggaan (nasional) dari sepakbola itu sudah benar-benar di depan mata.

Lihatlah, betapa trengginasnya Timnas kita. Semangat pantang menyerah juga dibuktikan dengan keberhasilan menggedor dan menjebol gawang lawan. Sehingga para pemain Timnas disanjung semua lapisan masyarakat. Melebihi sanjungan terhadap politisi manapun. Bahkan melebihi sanjungan dan penghormatan kepada walikota, bupati, gubernur, bahkan presiden yang konon dipilih rakyat…!

Akan tetapi karena itulah, karena pujaan dan sanjungan berlebihan kepada para pahlawan sepakbola itu, membuat politisi kita yang sedang berkuasa tergoda untuk menggoda para pemain bola itu. Presiden Yuhdoyono merasa perlu membicarakan Timnas dalam sidang kabinet. Ia juga ingin tampil sebagai pejuang penurunan harga tiket final lawan Malaysia. Tapi kita tidak pernah mendengar ia berjuang menurunkan harga kebutuhan hidup rakyat, apalagi menaikkan pendapatan!

Aburizal Bakrie, Ketua Harian Setgab Koalisi, pendukung utama pemerintah Yudhoyono, pun merasa perlu mengundang para pemain ke rumahnya hanya untuk makan bersama. Pendek kata, para pemain bola kita yang sudah sohor itu, dipakai sebagai pengatrol popularitas penguasa yang sudah kehilangan kepercayaan publik.

Mungkin karena beban yang harus diangkat begitu berat, apalagi itu di luar konteks sepakbola yang mereka kuasai, Timnas pun mengalami depresi. Mulai gamang. Memang, dengan terus-menerus menjadi primadona media massa, popularitas mereka semakin meroket.

Sialnya, sekarang ini rakyat tak butuh lagi popularitas. Segala bentuk pencitraan sudah selayaknya dikuburkan. Sebab citra tanpa prestasi adalah omong kosong.

Maka di penghujung 2010 ini, tampaknya segala bentuk pencitraan memang harus dikuburkan. Agar 2011 menjadi tahun pembuktian prestasi. Dan Timnas Garuda diharapkan memberi bekal guna mencapai tujuan itu. Maka memenangi pertandingan melawan Malaysia sore ini (29/12) dengan skor minimal 4-0, menjadi keharusan.

Bisa? Semoga Allah memberikan berkah bagi rakyat Indonesia…! [**]


Populer

Besar Kemungkinan Bahlil Diperintah Jokowi Larang Pengecer Jual LPG 3 Kg

Selasa, 04 Februari 2025 | 15:41

Jokowi Kena Karma Mengolok-olok SBY-Hambalang

Jumat, 07 Februari 2025 | 16:45

Alfiansyah Komeng Harus Dipecat

Jumat, 07 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Pecat Bahlil Imbas Bikin Gaduh LPG 3 Kg

Senin, 03 Februari 2025 | 15:45

Bahlil Gembosi Wibawa Prabowo Lewat Kebijakan LPG

Senin, 03 Februari 2025 | 13:49

Pengamat: Bahlil Sengaja Bikin Skenario agar Rakyat Benci Prabowo

Selasa, 04 Februari 2025 | 14:20

Komjen Dedi Ultimatum, Jangan Lagi Ada Anggapan Masuk Polisi Bayar!

Rabu, 05 Februari 2025 | 18:12

UPDATE

Prabowo-Erdogan Saksikan Penandatanganan 12 MoU Kerja Sama

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:35

Prabowo Tanggung Beban Utang Jokowi, Pemerintahan Jadi Korban Efisiensi Anggaran

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:34

KPK Jangan Jadi Alat Kepentingan dalam Kasus Hasto

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:32

Volume Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.583 Triliun per Akhir 2024

Rabu, 12 Februari 2025 | 15:09

Bertemu Erdogan, Prabowo Tekankan Penguatan Kemitraan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:58

Mandiri Investment Forum 2025, Strategi Investasi dan Inovasi untuk Pertumbuhan Ekonomi

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:53

Ketua Komisi VII Pastikan Tak Ada Kontributor dan Karyawan TVRI-RRI yang Dirumahkan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:51

Anggaran KPU Dipangkas Hampir Rp 1 Triliun

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:40

Efisiensi Anggaran Prabowo Dinilai Tepat, Pengamat: Penyusunan Selama Ini Ugal-ugalan

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:35

Singgung Efisiensi, Hasto Minta Kepala Daerah PDIP Tak Berpikir Anggaran Dulu

Rabu, 12 Februari 2025 | 14:31

Selengkapnya