Tradisi ini rutin digelar tujuh hari setelah Idul Fitri yang diisi berbagai ritual dan sudah dilakukan turun temurun sebagai wujud uri uri atau melestarikan budaya para leluhur.
Acara diawali dengan arak-arakan yang dikawal sembilan orang berpakaian adat jawa sebagai simbol Wali Songo dari Dermaga Mogo.
Empat orang menandu nasi tumpeng yang dimasukkan dalam miniatur perahu sebagai simbol empat cantrik yang berguru kepada Sunan Kalijogo. Nasi tumpeng dan aneka hasil laut kemudian dibawa ke atas perahu untuk dilarung ke tengah lautan.
Banyak masyarakat antusias ingin menyaksikan langsung prosesi itu.
Kegiatan ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas berkah keselamatan dan hasil laut yang telah dilimpahkan.
Warga percaya larungan sesaji akan mendatangkan berkah.
Berbagai kesenian tradisional turut mengiringi arak-arakan hingga tepi pantai. Bahkan ribuan warga yang menunggu prosesi larungan telah memadati area pantai sejak pagi tadi.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut selain Dandim 0716/Demak juga Bupati dan Wabup Demak Natsir-Jos, Kapolres Demak AKBP Sony irawan, serta pejabat lainnya.
Sebelum tumpeng dilarung, seorang sesepuh terlebih dulu memimpin doa agar para nelayan tetap dikaruniai rezeki melimpah.
Iskandar Rohmat,seorang sesepuh desa setempat, mengatakan selain sebagai bentuk syukur, acara larung sesaji juga bertujuan untuk melestarikan budaya para leluhur.
Untuk menjamin keamanan, regu Tim SAR Demak yang terdiri dari Kodim 0716/Demak,TNI AL, Polres Demak dan BPBD Demak diterjunkan ke lokasi.
[wid]
Dandim 0716/Demak Letkol Inf Agung Udayana bersama Unsur Forkompimda Demak menghadiri acara tradisi Syawalan yang berlangsung di desa Moro Demak Kecamatan Bonang, baru-baru ini. 
BERITA TERKAIT: