Dalam tradisi Jawa, khususnya Jawa Tengah, berziarah, mendoakan dan membersihkan makam leluhur sebelum memasuki Bulan Ramadhan disebut Sadranan, atau Nyadran.
“Tidak setiap hari, inikan bertepatan dengan Nyadran kalau di Solo dan sekitarnya. Ziarah, mendoakan, atau membersihkan makam, sekaligus mengingat leluhur kita,†tutur Airlangga, Jumat (25/3).
Berziarah ke makam leluhur, Airlangga tak bawa banyak rombongan.
“Kan biar tidak ramai-ramai saja, saya juga butuh khusyuk ziarahnya,†ujar Ketua Umum Partai Golkar itu.
“Pesan saya, yang penting, kita sebagai generasi saat ini tidak lupa bahwa kita punya leluhur, mereka yang sudah berjuang di zamannya. Kita kirim doa terus untuk para leluhur kita,†tambahnya.
Menurut Hariyanto, juru kunci makam Astana Oetara, leluhur dari Airlangga yang dimakamkan di Astana Oetara ini adalah kakeknya.
"Kakeknya
Pak Airlangga itu kan dulunya jaksa di Mangkunegaran saat zamannya
Mangkunegara VI. Kemudian beliau dimakamkan di Astana Oetara ini," kata
Hariyanto.
Selain di Astana Oetara, Airlangga juga memiliki keluarga besar yang dimakamkan di kompleks makam Kiai Ageng Gribig di Jatianom, Klaten. Airlangga diketahui masih memiliki darah keturunan dari Kiai besar yang menyebarkan Islam di wilayah Jatinom, Klaten. Tahun lalu, Airlangga dua kali ziarah ke Makam Kiai Ageng Gribig.
Dalam kunjungan ke Solo, Menko Airlangga juga meresmikan Sentra Wedangan Demang Toenthoer di kawasan Balekambang, Solo. Sentra Wedangan ini merupakan pusat kuliner wedangan atau Hik yang berada di kawasan pasar burung di Balekambang.
Selama kunjungan ke Solo, Airlangga ditemani Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Putra sulung Presiden Joko Widodo itu mendampingi sejak kedatangan Airlangga hingga peresmian Sentra Wedangan Demang Toenthoer.
Menjelang bulan suci Ramadhan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyempatkan diri mengunjungi kota Solo, Jawa Tengah, Kamis kemarin, untuk berziarah ke makam keluarga besarnya di Pasarean Nayu, Astana Oetara, Mangkunegaran, Solo. 
