Berita

Ketua Umum Partai Masyumi Ahmad Yani. (Foto: Detikcom/Yogi Ernes)

Bisnis

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

SELASA, 23 DESEMBER 2025 | 22:54 WIB | LAPORAN: WIDODO BOGIARTO

Arah jalan ekonomi bangsa telah melenceng jauh. Negara yang seharusnya hadir sebagai pelindung justru lewat instrumen pajak dirasakan rakyat sebagai entitas yang menakutkan.

"Tata kelola fiskal nasional saat ini mengalami disorientasi strategis dan filosofis yang akut. Kita harus berani jujur. Negara yang seharusnya menjadi pelayan rakyat atau khadimul ummah, kini telah bergeser fungsi menjadi institusi pemungut pajak dan upeti yang predatorik," ujar Ketua Umum Partai Masyumi, Ahmad Yani, dalam keterangannya, Selasa, 23 Desember 2025. 

"Ketika rakyat merasa dikejar-kejar oleh negaranya sendiri di tanah tumpah darahnya, berarti ada yang salah dalam cara kita bernegara," tegasnya, menambahkan.


Sorotan utama tertuju pada Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan dan perkotaan (P2) untuk rumah hunian. Bagi Masyumi, memajaki tempat berteduh rakyat kecil adalah bentuk kezaliman yang nyata. Mengutip landasan Fatwa MUI bahwa pajak hanya boleh dikenakan pada harta produktif (namiyah), Ahmad Yani menyebut pengenaan PBB pada rumah tinggal sebagai tindakan irasional.

"Memiliki rumah adalah hak asasi. Itu bukan aset spekulatif bagi rakyat kebanyakan. Mengenakan pajak atas rumah tinggal bagi masyarakat yang pendapatannya bahkan di bawah kebutuhan pokok, adalah tindakan yang tidak manusiawi dan tidak konstitusional," tegasnya.

"Ekonomi berkeadilan itu bukan sekadar angka di APBN, tapi rasa aman bagi setiap rakyat untuk tidur di bawah atap rumahnya sendiri tanpa takut 'diusir' secara halus oleh tagihan pajak negara," tambahnya.

Berangkat dari kegelisahan tersebut, Ahmad Yani menguraikan lima tuntutan tegas Partai Masyumi kepada pemerintah. Tuntutan dirancang untuk meluruskan kiblat ekonomi bangsa agar kembali sesuai amanat Konstitusi Pasal 33 dan nilai-nilai Keadilan Sosial.

Pertama, penghapusan PBB bagi rumah huni tunggal yang sesuai standar kebutuhan hidup layak. Masyumi meminta negara menjamin hak papan rakyat tanpa beban pajak tahunan.

Kedua, penetapan ambang batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang disesuaikan dengan nilai nishab zakat. Masyumi mengusulkan PTKP setara nishab emas, sekitar Rp10–11 juta per bulan, agar rakyat berpenghasilan rendah tidak lagi dipajaki.

Ketiga, implementasi zakat sebagai pengurang pajak langsung (tax credit) sebesar 100 persen. Ahmad Yani menegaskan zakat tidak boleh hanya menjadi pengurang penghasilan kena pajak karena hal tersebut tetap membebani umat Islam secara ganda.

"Ini amanat ijtima ulama. Jangan hukum ketaatan umat dengan beban pajak berlapis," katanya.

Dua tuntutan terakhir menyoroti ketimpangan perlakuan negara terhadap rakyat kecil dibandingkan korporasi besar pengelola sumber daya alam (SDA). Keempat, Masyumi mendesak reorientasi pendapatan negara dengan menetapkan porsi negara minimal 50–60 persen di sektor pertambangan mineral serta menghentikan rezim royalti murah.

“Surplus SDA harus dialokasikan untuk dana abadi pendidikan dan kesehatan gratis, agar beban pajak rakyat seperti PPN bisa diturunkan,” jelas Ahmad Yani.

Kelima, Masyumi menuntut audit forensik terhadap seluruh insentif fiskal, termasuk pencabutan tax holiday bagi korporasi asing yang dinilai tidak memberikan kontribusi nyata dan merusak lingkungan.

"Lakukan audit forensik. Cabut insentif pajak dan tagih kembali kewajiban korporasi yang gagal menyerap tenaga kerja lokal," tegasnya.

Menutup pernyataannya, Ahmad Yani menegaskan Partai Masyumi akan mengawal tuntutan tersebut bersama ulama dan elemen masyarakat.

"Negara harus kembali melayani, bukan memalak," pungkasnya.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya