Berita

Hari Ibu. (Foto: Istimewa)

Publika

Ketika Ibu Hanya Dipuja, Tapi Tak Dilindungi

SENIN, 22 DESEMBER 2025 | 12:00 WIB | OLEH: AGUNG NUGROHO*

SETIAP 22 Desember, ibu dipuja sebagai simbol pengorbanan. Negara gemar merayakannya dengan slogan, tetapi enggan membicarakan kebijakan. 

Di titik inilah Hari Ibu kehilangan makna politiknya. Sebab ibu bukan sekadar simbol moral, melainkan fondasi konkret kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial bangsa.

Kerja ibu, terutama kerja reproduktif, menopang sistem sosial dari hulu ke hilir. Dari memastikan anak tumbuh sehat, menjaga ketahanan keluarga, hingga menyerap dampak langsung krisis ekonomi. 


Ironisnya, kerja paling mendasar ini justru paling diabaikan oleh negara. Ia tidak diakui sebagai kerja, tidak dihitung dalam kebijakan ekonomi, dan nyaris tak pernah dilindungi secara sistemik.

Masalah ini tercermin jelas dalam indikator kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih berada di kisaran 189 kematian per 100.000 kelahiran hidup, jauh dari target global dan komitmen nasional penurunan kematian maternal. 

Angka ini bukan sekadar statistik medis, melainkan potret kegagalan sistemik: akses layanan yang timpang, rujukan yang lamban, serta jaminan kesehatan yang belum sepenuhnya berpihak pada keselamatan ibu.

Dalam praktiknya, ibu kerap berhadapan dengan antrean panjang, keterbatasan layanan persalinan, hingga keputusan medis yang terlambat akibat birokrasi rujukan. 

Risiko kesehatan ibu tidak lahir di ruang hampa, tetapi dibentuk oleh desain kebijakan yang menempatkan keselamatan maternal sebagai isu teknis, bukan prioritas politik.

Negara rajin berbicara soal bonus demografi dan pembangunan sumber daya manusia unggul. 

Namun narasi itu rapuh jika ibu dibiarkan menghadapi risiko kehamilan dan persalinan dalam sistem yang belum sepenuhnya aman. Tidak ada generasi sehat tanpa ibu yang selamat. 

Tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa perlindungan kesehatan ibu yang serius.
Hari Ibu semestinya menjadi momentum evaluasi kebijakan, bukan seremoni tahunan.

Menghormati ibu berarti memastikan layanan kesehatan maternal yang merata, sistem rujukan yang cepat, serta jaminan kesehatan yang benar-benar melindungi nyawa. Melindungi ibu bukan agenda simbolik, melainkan ukuran keberpihakan negara.

Negara yang abai pada keselamatan ibu sesungguhnya sedang mempertaruhkan masa depan bangsanya sendiri. Dan itu bukan soal perasaan, melainkan soal pilihan kebijakan.

Ketua Umum Rekan Indonesia

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

UPDATE

Perbankan Nasional Didorong Lebih Sehat dan Tangguh di 2026

Senin, 22 Desember 2025 | 08:06

Paus Leo XIV Panggil Kardinal di Seluruh Dunia ke Vatikan

Senin, 22 Desember 2025 | 08:00

Implementasi KHL dalam Perspektif Konstitusi: Sinergi Pekerja, Pengusaha, dan Negara

Senin, 22 Desember 2025 | 07:45

FLPP Pecah Rekor, Ribuan MBR Miliki Rumah

Senin, 22 Desember 2025 | 07:24

Jaksa Yadyn Soal Tarik Jaksa dari KPK: Fitnah!

Senin, 22 Desember 2025 | 07:15

Sanad Tarekat PUI

Senin, 22 Desember 2025 | 07:10

Kemenkop–DJP Bangun Ekosistem Data untuk Percepatan Digitalisasi Koperasi

Senin, 22 Desember 2025 | 07:00

FDII 2025 Angkat Kisah Rempah Kenang Kejayaan Nusantara

Senin, 22 Desember 2025 | 06:56

Polemik Homebase Dosen di Indonesia

Senin, 22 Desember 2025 | 06:30

KKP Bidik 35 Titik Pesisir Indonesia Buat KNMP Tahap Dua

Senin, 22 Desember 2025 | 05:59

Selengkapnya