Berita

Gelondongan kayu yang terbawa banjir bandang di Sumatera. (Foto: Antara)

Publika

Alotnya Label Bencana Nasional

RABU, 17 DESEMBER 2025 | 02:03 WIB

NOVELIS muda J.S. Khairen, asal Sumatera Barat, viral dengan statusnya, sebuah peta Sumatera, lalu dibuatnya kalimat, "Kekayaan Sumatera Milik Nasional, Bencananya Tidak!"

Status itu viral seviral-viralnya saat bencana Sumatera itu baru saja meledak. Ia mewakili perasaan semua orang yang membacanya. "Kaba baiak baimbauan, kaba buruak bahambauan."

Artinya, kabar baik diimbaukan, diajak, diberi tahu, diundang, sedangkan kabar buruk berhamburan, tak perlu diajak, tak perlu diberi tahu, dan tak perlu diundang. Datang langsung ke lokasi bencana itu.


Istilah Presiden Prabowo Subianto saat Rapat Kabinet kemarin, bencana itu umpama perintah operasi. Tanpa menunggu perintah atasan langsung turun ke lapangan. Bencana itu sendiri perintah paling atas.

J.S. Khairen seperti juga Praz Teguh dan novelis muda lainnya, Boy Candra, langsung turun tangan membantu para korban bencana, sambil pulang kampung, yang lokasinya tak jauh dari rumahnya.

J.S. Khairen bercerita panjang lembar tentang pengalamannya terjun langsung ke lokasi bencana yang menggetarkan itu, di Podcast Rhenald Kasali, yang juga merupakan dosennya, saat kuliah di UI.

"Jadi Prof, bencana itu seonggok-seonggok saja, utamanya yang dekat dengan aliran sungai, dan itu tak jauh pula dari rumah saya, "kata Khairen menjelaskan simpel kepada Rhenald Kasali.

Agaknya Khairen ingin menjelaskan bahwa situasi di banyak titik di Sumbar itu normal-normal saja. Berjalan seperti biasa, termasuk di Bandara. Situasi tidak lumpuh total, di mana orang tak bisa bergerak.

Di tempat-tempat yang terkena bencana memang parah. Beberapa akses utama terputus, jembatan di terjang arus banjir yang bercampur kayu dan lumpur.  Bahkan, batu sebesar Avanza turun dari atas bukit.

Agak terkoreksi juga terlihat persepsi Rhenald Kasali terhadap bencana Sumatera itu dengan penjelasan Khairen, terutama pada diksi seonggok-seonggok. Diksi itu ketahuan betul Khairen adalah Minang asli.

Saat Rhenald Kasali menanyakan apakah perlu status Bencana Nasional atau tidak, Khairen tak lagi menjawab seperti statusnya yang viral itu. Kekayaan Sumatera Milik Nasional, Bencananya Tidak!

Tentu bukan bermaksud mengecilkan arti bencana besar itu. Tapi label Bencana Nasional punya efek lain yang mulai dipahami Khairen. Dan itu, di luar kuasa Khairen untuk mendesak atau semacamnya.

Apalagi Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, tempat tinggal Khairen, bukanlah lokasi terparah bencana yang memilukan itu. Ada Agam, Padang Panjang, termasuk di Aceh sana, di Tamiang.

Khairen juga membantah persepsi Rhenald Kasali bahwa yang bergerak membantu orang dari luar saja. "Tidak, Prof," tegas Khairen. Warga setempat turut membantu dan kami menutup celah-celahnya.

Podcast Khairen dan Rhenald Kasali ini terjadi pada pekan awal. Artinya, Khairen sudah balik ke Jakarta. Label Bencana Nasional itu tidak lagi jadi fokusnya, seperti status awalnya yang viral seviral-viralnya itu.

Agak aneh juga Anies Baswedan yang baru kemarin kembali dari lokasi bencana, masih menyuarakan status Bencana Nasional untuk menangani bencana ini. Katanya, belum terlambat, kalau mau ditetapkan.

Anies memang baru saja kembali dari Aceh. Ada videonya di tenda bersama anak-anak. Videonya di area tumpukan kayu pasca banjir. Agak aneh juga kalau Anies tak turun ke Aceh atau Sumatera Barat.

Bisa jadi itulah bedanya novelis dan politisi kembali dari lokasi bencana. Novelis memaknai peristiwa secara universal, sementara politisi sebisa mungkin justru menunggangi berdasarkan kepentingannya.

Kalau soal penanganan bencana, Anies belum ada apa-apanya. Lima tahun jadi Gubernur DKI Jakarta, untuk menangani banjir Jakarta saja tak bisa. Apalagi bencana Sumatera. Kalau soal tuntut status Bencana Nasional, siapa pun bisa.

Presiden Prabowo agak kesal juga dengan pihak yang mengatakan Pemerintah tidak hadir di lokasi bencana, saat Rapat Kabinet kemarin. Semua sudah dikerahkan masih saja dianggap tidak hadir.

"Jangan kesal dan bersedih, Pak Presiden!" Teruslah bekerja hingga lelahmu, lelah mengejarmu.

Erizal
Direktur ABC Riset & Consulting

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Wakil Wali Kota Bandung Erwin Ajukan Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:05

Prabowo Diminta Ambil Alih Perpol 10/2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 04:00

BNPB Kebut Penanganan Bencana di Pedalaman Aceh

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:32

Tren Mantan Pejabat Digugat Cerai

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:09

KPID DKI Dituntut Kontrol Mental dan Akhlak Penonton Televisi

Kamis, 18 Desember 2025 | 03:01

Periksa Pohon Rawan Tumbang

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:40

Dua Oknum Polisi Pengeroyok Mata Elang Dipecat, Empat Demosi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:13

Andi Azwan Cs Diusir dalam Gelar Perkara Khusus Ijazah Jokowi

Kamis, 18 Desember 2025 | 02:01

Walikota Jakbar Iin Mutmainnah Pernah Jadi SPG

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:31

Ini Tanggapan Direktur PT SRM soal 15 WN China Serang Prajurit TNI

Kamis, 18 Desember 2025 | 01:09

Selengkapnya