Berita

Personel Tim SAR gabungan mengevakuasi korban banjir bandang di Jorong (dusun) Toboh, Nagari (desa) Malalak Timur, Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Aceh. (Foto: Istimewa)

Politik

Kementerian Siaga Bencana Diusulkan agar Penanganan Tak Tumpang Tindih

RABU, 10 DESEMBER 2025 | 19:17 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Ancaman hidrometeorologi harus dipandang sebagai isu keselamatan nasional dan membutuhkan reformasi kelembagaan, termasuk pembentukan Kementerian Siaga Bencana. 

Hal ini disampaikan Anggota Komisi V DPR RI, Mori Hanafi, dalam diskusi daring dengan tema Potensi Ancaman Fenomena Hidrometeorologi Menjelang Libur Natal dan Tahun Baru, yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu, 10 Desember 2025. 

“Cuaca buruk hidrometeorologi ini enggak ujug-ujug terjadi. Dampaknya besar, dan kita butuh komando bencana yang lebih jelas,” tegas Mori.


Mori menjelaskan bahwa BMKG telah menyampaikan peringatan tentang potensi cuaca ekstrem dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi. 

“Hampir seluruh apa yang disampaikan BMKG itu tingkat akurasinya di atas 95 persen. Tidak ada yang perlu diragukan,” ujarnya. 

Namun, ia menilai respons di lapangan sering terkendala oleh rusaknya lingkungan yang tidak dapat dipetakan BMKG. Ia menyoroti kerusakan hutan sebagai penyebab utama bencana besar di berbagai daerah, mulai dari Sumatra, Aceh, hingga Bima. 

“Perusakan hutan itu kejahatan terorganisir yang perlu dihukum berat. Dampaknya menimpa jutaan orang, sementara yang untung hanya segelintir,” tegasnya.

Menurut Mori, kerusakan lingkungan menyebabkan banjir bandang yang menghancurkan infrastruktur yang telah dibangun sebelumnya dalam sekejap. 

Untuk memperkuat mitigasi, Mori menilai koordinasi lembaga penanggulangan bencana masih tumpang tindih, khususnya antara Basarnas dan BNPB. 

“Di lapangan masyarakat nggak bisa bedain mana Basarnas, mana BNPP. Dua-duanya turun, dua-duanya bekerja sendiri-sendiri,” ujarnya.

Karena itu, ia mengusulkan pembentukan Kementerian Siaga Bencana yang mengintegrasikan Basarnas dan BNPB dalam satu komando langsung di bawah presiden. 

“Kalau ini jadi satu, koordinasinya lebih baik, anggarannya lebih padu, dan penanganan bencana bisa lebih efektif,” tandasnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Ratusan Pati Naik Pangkat

Selasa, 02 Desember 2025 | 03:24

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Reuni 212 dan Bendera Palestina

Selasa, 02 Desember 2025 | 22:14

Warga Gaza Sumbang 1.000 Dolar AS untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 02 Desember 2025 | 05:03

UPDATE

Seperti Terra Drone, Harusnya Aparat Usut Korporasi Pembalak Liar di Sumatera

Jumat, 12 Desember 2025 | 18:14

Prabowo Dengarkan Keluhan Warga di Pengungsian Aceh Tengah

Jumat, 12 Desember 2025 | 18:09

Kopdes Merah Putih Bukan Ancaman Usaha Lokal

Jumat, 12 Desember 2025 | 18:04

Purbaya Ogah Kirim Baju Ilegal ke Korban Bencana Sumatera

Jumat, 12 Desember 2025 | 18:02

Kemenko PM Kawal Implementasi Sekolah Rakyat di Semarang untuk Tekan Kemiskinan Ekstrem

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:57

Muhammadiyah Diganjar Penghargaan Nazhir Tanah Wakaf Terluas 2025

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:54

Petinggi NATO Minta Eropa Bersiap Hadapi Agresi Rusia

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:54

Ketika Negara, Bisnis, dan Partai Merobohkan Kedaulatan Rakyat

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:45

Rezim Hukum Bencana: Kontradiksi Bantuan dan Ganti Rugi

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:39

8 Mantan Pejabat Kemnaker Didakwa Peras Agen TKA Sampai Rp135 Miliar

Jumat, 12 Desember 2025 | 17:14

Selengkapnya