Berita

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) ditemui saat halalbihalal, di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Selasa, 8 April 2025. (Foto: ANTARA/Maria Cicilia Galuh)

Politik

Pemuda Muhammadiyah:

Setop Distorsi Informasi, Saatnya Utamakan Kemanusiaan di Tengah Duka Sumatera

RABU, 03 DESEMBER 2025 | 19:20 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah mengecam keras penyebaran potongan video menyesatkan yang menyerang Menteri Koordinator sekaligus Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, yang saat ini aktif membantu penanganan bencana di Sumatera.

Serangan tersebut dinilai sebagai bentuk polarisasi yang tidak bermoral di tengah situasi duka nasional.

Pada bagian awal isu yang beredar, publik disuguhi potongan video dari film dokumenter Years of Living Dangerously yang menampilkan interaksi antara aktor Hollywood Harrison Ford dan Zulkifli Hasan ketika menjabat Menteri Kehutanan pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


Video itu kemudian disebarkan tanpa konteks dan tidak utuh dengan narasi yang dipelintir seolah-olah Zulhas adalah pihak penyebab bencana di Sumatera akibat kebijakan konsesi sawit di Tesso Nilo, Riau. Padahal film dokumenter tersebut merupakan kerja jurnalistik internasional yang tidak menggambarkan satu pihak sebagai penyebab tunggal deforestasi.

“Video itu dipotong semaunya. Orang dikasih tontonan setengah menit dari dokumenter panjang terus disuruh nyimpulin sendiri. Jelas itu menyesatkan. Pak Zulhas waktu itu nunjukin sikap tegas, dan konteksnya sama sekali beda dengan narasi hoaks yang sekarang beredar,” ujar Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Bagus Ardeni dalam keterangannya, Rabu, 3 November 2025.

Tak hanya video dokumenter yang dipelintir, video lain yang memperlihatkan Zulkifli Hasan turun langsung ke lokasi bencana di Sumatera juga diserang dengan tudingan bermotif politis. Padahal kehadiran Zulhas dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pejabat negara yang bertanggung jawab memastikan negara hadir bagi para korban.

Bagus Ardeni menegaskan bahwa langkah Zulkifli Hasan turun langsung ke lokasi bencana merupakan bentuk tanggung jawab moral, bukan panggung politik.

“Bangsa ini butuh pejabat yang kepekaannya lengkap. Bukan cuma hadir, tapi benar-benar ngerasain apa yang rakyat hadapi. Dan Pak Zulhas memang tipe yang responsif, dia turun tangan, bukan cuma bicara dipodium,” ujar Bagus.

Menurut Bagus, Zulkifli Hasan memahami bahwa setiap titik bencana menyimpan kisah manusia yang tak bisa direduksi menjadi angka ataupun laporan teknis. Kehadirannya merupakan bentuk empati yang tumbuh dari nurani seorang pejabat negara yang memilih untuk mendengar dan bekerja, bukan sekadar melihat dari jauh.

“Beliau itu kalau ke lokasi bencana nggak cuma nanya data. Beliau pengen tahu cerita warga, apa yang kurang, apa yang bisa dikerjain cepat. Makanya, tiap kali datang, pasti ada tindakan nyata. Bukan simbolis,” lanjut Bagus.

Dalam pandangan Pemuda Muhammadiyah, Zulkifli Hasan memahami bahwa di balik setiap tenda pengungsian ada keluarga yang kehilangan rumah; di balik setiap reruntuhan ada harapan yang harus dijaga; dan di balik setiap tangis warga terdapat kehidupan yang perlu dibangun kembali bersama-sama. Kepekaan paripurna bukan sekadar melihat data, tetapi merasakan luka rakyat. Responsivitas bukan sekadar hadir di lokasi, tetapi hadir dengan kesungguhan, keputusan, dan kerja nyata.

“Yang namanya pemimpin itu, kalau rakyat lagi susah, dia harus hadir dengan hati. Dan Pak Zulhas nunjukin itu. Jabatan nggak bikin dia jauh dari rakyat,” tutur Bagus.

PP Pemuda Muhammadiyah menilai bahwa fitnah dan serangan terhadap niat baik ini justru memperlebar luka sosial di tengah masyarakat. Di saat energi bangsa seharusnya diarahkan pada penyelamatan, pemulihan, dan solidaritas, sebagian pihak memilih memecah belah dengan narasi penuh prasangka.

“Jangan jadikan kesedihan kolektif bangsa ini sebagai ajang saling nyalahin. Apalagi kalau udah dibumbui fitnah keji. Yang kayak gitu tuh cuma politisi pandir yang seneng nari di atas penderitaan orang lain,” tegas Bagus.

Ia menambahkan bahwa sejarah bangsa tidak akan mengingat siapa yang paling lantang menuduh, tetapi siapa yang paling tulus hadir untuk rakyatnya. Karena itu, Pemuda Muhammadiyah mengajak seluruh pihak untuk mengakhiri polarisasi dan mengembalikan kemanusiaan sebagai nilai tertinggi dalam menghadapi tragedi nasional.

“Nanti yang diingat itu siapa yang benar-benar bantu, bukan siapa yang paling ribut. Jadi mari hentikan kegaduhan dan fokus nolong masyarakat Sumatera,” kata Bagus.

Di tengah duka nasional, PP Pemuda Muhammadiyah menegaskan bahwa yang paling menentukan bukanlah siapa yang menciptakan kegaduhan politik, tetapi siapa yang mampu menjaga kebersamaan, memperkuat solidaritas, dan bekerja demi keselamatan warga.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya