Berita

Logo PBNU. (Foto: RMOL/Abdul Rouf)

Politik

Struktur PBNU Dianggap Rapuh dan Butuh Penyederhanaan

SELASA, 25 NOVEMBER 2025 | 10:13 WIB | LAPORAN: AHMAD ALFIAN

Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Nadirsyah Hosen menilai dinamika internal yang terjadi di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) belakangan ini memperlihatkan rapuhnya struktur kepemimpinan jam’iyyah ketika garis komando tidak berjalan secara tegas. 

Ia menyoroti dualisme legitimasi antara Rais ‘Aam dan Ketua Umum yang sama-sama dipilih melalui Muktamar, sehingga menghambat roda organisasi hingga berbulan-bulan. 
“Situasi ini menunjukkan perlunya penyederhanaan NU,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman Instagram pribadinya, Selasa, 25 November 2025.

Nadir mengusulkan agar Muktamar mendatang mengevaluasi mekanisme pemilihan pimpinan. Menurutnya, cukup Rais ‘Aam yang dipilih langsung oleh Muktamar, sementara Ketua Umum ditunjuk oleh Rais ‘Aam terpilih.

Nadir mengusulkan agar Muktamar mendatang mengevaluasi mekanisme pemilihan pimpinan. Menurutnya, cukup Rais ‘Aam yang dipilih langsung oleh Muktamar, sementara Ketua Umum ditunjuk oleh Rais ‘Aam terpilih.

“Dengan model ini, tidak ada lagi dua figur yang sama-sama merasa dipilih Muktamar. Konsolidasi Syuriyah dan Tanfidziyah menjadi lebih stabil karena Ketua Umum berangkat dari amanah Rais ‘Aam, bukan menjadi kutub tandingan,” jelasnya.

Ia menegaskan, NU harus kembali berdiri pada hikmah tatanan ulama, bukan dinamika perebutan pengaruh yang dapat menggerus marwah organisasi.

Di luar persoalan struktur, Nadir menekankan pentingnya kemandirian ekonomi. Hal itu, katanya, dimulai dari pembenahan paling dasar dan simbolis: penyelenggaraan Muktamar.

Ia menyerukan agar Muktamar NU kembali sederhana dan bersahaja, tanpa ketergantungan pada bantuan pihak luar. “Tidak perlu tiket, tidak perlu sangu, tidak perlu fasilitas mewah?"apalagi charter pesawat. Semua itu hanya menimbulkan loyalitas pragmatis dan kooptasi kepentingan,” ujar Nadir.

Menurutnya, delegasi dari PWNU, PCNU, maupun PCINU sebaiknya hadir dengan biaya urunan internal masing-masing. Muktamar harus menjadi forum musyawarah agama, bukan panggung kampanye kandidat atau arena kontestasi berbiaya tinggi.

“Jika Muktamar bersih dari ongkos politik, kita dapat memilih pemimpin yang memang layak, bukan yang paling mampu menutupi biaya,” tegasnya.

Nadir mengingatkan bahwa NU tumbuh dari kultur kesederhanaan para kiai kampung: mengajar, mengayomi, dan membimbing umat tanpa glamor dan transaksi. Karena itu, ia menilai upaya menyederhanakan NU merupakan langkah untuk mengembalikan jam’iyyah ke nilai-nilai awalnya.

“Dengan struktur yang jelas, manajemen rapi, ekonomi mandiri, dan Muktamar yang suci dari kepentingan pragmatis, NU dapat kembali pulih dan berjalan memberi arah bagi jama’ah,” katanya.

Ia menambahkan bahwa NU memiliki posisi terlalu besar untuk dibiarkan berlarut dalam kekisruhan. “NU terlalu mulia untuk diseret kepentingan jangka pendek. Menyederhanakan NU bukan kemunduran, justru itulah jalan untuk melangkah maju,” tutup Nadir.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya