Berita

Foto hasil analisis perubahan morfologi Gunung Merapi dari pos pengamatan Gunung Api Babadan 2 hingga Selasa, 23 September 2025. (Foto: Dok. BPPTKG)

Nusantara

Sepekan Gunung Merapi 88 Kali Semburkan Lava

SABTU, 27 SEPTEMBER 2025 | 14:21 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Gunung Merapi memuntahkan guguran lava sebanyak 88 kali dengan jarak luncuran hingga mencapai 2.000 meter dalam kurun waktu 19-25 September 2025.

Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, jumlah guguran lava meliputi sebanyak 5 kali ke arah hulu Kali Bebeng sejauh maksimum 2.000 meter, 37 kali ke arah hulu Kali Krasak sejauh maksimum 2.000 meter dan 46 kali ke arah hulu Kali Sat/Putih sejauh maksimum 2.000 meter.

Hasil analisis morfologi dari stasiun kamera Ngepos dan Babadan 2, teramati sedikit perubahan morfologi pada Kubah Barat Daya akibat perubahan volume kubah dan aktivitas guguran lava. Sedangkan untuk Kubah Tengah tidak ada perubahan morfologi.


Berdasarkan analisis foto udara tanggal 25 Agustus 2025, volume Kubah Barat Daya dan Kubah Tengah berturut-turut adalah sebesar 4.179.900 m3 dan 2.368.800 m3.

Aktivitas Gunung Merapi Meningkat

Pada periode pengamatan terbaru menunjukkan aktivitas Gunung Merapi meningkat dibandingkan minggu sebelumnya. Tercatat 81 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 644 gempa fase banyak (MP), 520 gempa guguran (RF), dan 9 gempa tektonik (TT) dari jaringan seismik di sekitar Merapi.

"Angka ini lebih tinggi dibanding periode pemantauan sebelumnya, menandakan adanya dinamika di dalam tubuh gunung yang perlu diwaspadai," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Sabtu, 27 September 2025.

Sementara itu, pemantauan deformasi atau perubahan bentuk tubuh gunung yang dilakukan melalui pengukuran EDM dan GPS menunjukkan kondisi yang relatif stabil. Jarak pengukuran dari titik tetap ke reflektor di beberapa sektor hanya mengalami perubahan sangat kecil yang dianggap tidak signifikan.

Hasil Kesimpulan

Hasil pengamatan visual dan instrumental menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih tergolong tinggi. Saat ini, Merapi masih mengalami erupsi efusif, yaitu keluarnya magma secara perlahan dalam bentuk lava dan material guguran. 

Berdasarkan kondisi tersebut, status aktivitas Merapi tetap berada pada tingkat Siaga (Level III). Data pemantauan juga mengindikasikan bahwa suplai magma ke dalam tubuh gunung masih terus berlangsung, sehingga dapat memicu terjadinya awan panas guguran, terutama di area yang sudah dipetakan sebagai zona potensi bahaya.

Potensi bahaya saat ini meliputi guguran lava dan awan panas di sektor selatan?"barat daya, yang mencakup alur Sungai Boyong dengan jarak maksimal 5 kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng hingga 7 kilometer.

Kemudian di sektor tenggara, potensi bahaya mencakup alur Sungai Woro hingga 3 kilometer dan Sungai Gendol hingga 5 kilometer. Apabila terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat mencapai radius hingga 3 kilometer dari puncak.

Rekomendasi dan Upaya Mitigasi

Kepada seluruh pemangku kepentingan penanggulangan bencana Gunung Merapi, direkomendasikan agar Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten terus melakukan berbagai langkah mitigasi menghadapi ancaman erupsi yang masih berlangsung.

Upaya tersebut mencakup peningkatan kapasitas masyarakat, penguatan kesiapsiagaan, serta penyiapan sarana dan prasarana evakuasi agar proses penyelamatan dapat berjalan cepat dan aman bila situasi darurat terjadi.

Masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apa pun di dalam wilayah potensi bahaya, tetap waspada terhadap ancaman awan panas guguran (APG) dan lahar, terutama ketika hujan turun di sekitar puncak Merapi, serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik yang dapat memengaruhi kesehatan dan aktivitas sehari-hari.

Saat ini, BNPB, BPPTKG bersama BPBD di daerah terdampak terus memperkuat koordinasi dan pemantauan, menyiapkan jalur evakuasi, menambah fasilitas pendukung seperti tempat pengungsian, logistik, dan masker, serta memastikan sistem peringatan dini berjalan dengan baik.

"Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terkini dari pos pengamatan Gunung Merapi terdekat atau kanal resmi BNPB, BPPTKG dan BPBD agar mendapatkan arahan yang tepat dan terpercaya," pungkas Abdul Muhari.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya