Berita

Presiden Prabowo Subianto (Foto: YouTube Sekretariat Presiden)

Dunia

Pengamat: Kata “Anjing” di Pidato Prabowo Tak Hanya Sindir Belanda

KAMIS, 25 SEPTEMBER 2025 | 18:20 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Penggunaan kata “anjing” dalam pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum PBB baru-baru ini ternyata sarat makna sejarah. 

Di hadapan para pemimpin dunia, Presiden Prabowo menegaskan bahwa rakyat Indonesia selama berabad-abad dijajah, ditindas, dan diperbudak, bahkan diperlakukan lebih hina daripada seekor anjing.

"Bangsa saya mengenal betul penderitaan itu. Selama berabad-abad, rakyat Indonesia hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan perbudakan. Kami diperlakukan lebih hina daripada anjing di tanah air kami sendiri," ujarnya di Markas PBB, New York pada Selasa, 23 September 2025. 


Pengamat geopolitik sekaligus Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit, menyebut ungkapan itu bukan hanya merujuk pada praktik kolonialisme Belanda, tetapi juga mencerminkan pengalaman kelam bangsa Indonesia di bawah pendudukan Jepang.

"Selain Belanda yang pernah mengeksploitasi buruh perkebunan dan pertanian lewat sistem tanam paksa, jangan juga dilupakan semasa penjajahan Jepang di Indonesia pada 1942-1945," ujar Hendrajit kepada RMOL, Kamis, 25 September 2025. 

Ia menyoroti bagaimana pemerintah kolonial Jepang menerapkan sistem buruh paksa atau Romusha, tentara paksa atau Heiho, sebagai tameng tentara Jepang menghadapi tentara sekutu di Pasifik.

Hendrajit juga mengingatkan adanya bentuk perbudakan seksual yang dipraktikkan tentara Jepang terhadap perempuan, yang dikenal dengan istilah Ianfu dan dijalankan secara sistematis oleh militer.

"Dan sistem ianfu sendiri didukung tentara Jepang lewat kebijakan. Yang mana setiap daerah operasi militer dibangun beberapa tempat untuk layanan seksual buat tentara Jepang atau ianjo," paparnya. 

Hendrajit menilai penggunaan frasa “lebih hina dari anjing” beserta narasi pengalaman penjajahan oleh Prabowo kian menarik, lantaran disampaikan tepat menjelang kunjungan resminya ke Belanda pada hari ini.

Namun terlepas dari itu, Hendrajit menegaskan bahwa pidato Prabowo mengenai perbudakan di Indonesia sejatinya menyampaikan fakta sejarah yang tak terbantahkan.

“Bukan karangan atau mengada-ada. Ini fakta yang relevan bagi diplomasi Indonesia di dunia internasional,” ujarnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya