Presiden AS, Donald Trump/Net
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengobarkan retorika panas terhadap para pemimpin Partai Demokrat, dengan menuduh Barack Obama, Joe Biden, dan Hillary Clinton mendalangi rekayasa penyelidikan terhadap dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016.
Dalam unggahan di platform media sosial Truth Social, Trump menjuluki para petinggi Demokrat sebagai pelaku "kejahatan abad ini" dan mengkategorikan mereka sebagai ancaman bagi keamanan nasional.
“Obama sendiri yang merekayasa HOAX Rusia, Rusia, Rusia. Hillary si Korup, Joe si Pengantuk, dan banyak lainnya berpartisipasi dalam hal ini, kejahatan abad ini!" tulis Trump, seperti dimuat Anadolu News pada Selasa, 22 Juli 2025.
“Bukti yang tak terbantahkan. Ancaman besar bagi negara kita!!!" tambahnya.
Pernyataan itu muncul menyusul laporan pidana yang disampaikan ke Departemen Kehakiman oleh mantan anggota Kongres, Tulsi Gabbard.
Dalam pernyataannya pekan lalu, Gabbard menuding sejumlah pejabat tinggi era Obama melakukan konspirasi dan bahkan menyebutnya sebagai konspirasi pengkhianatan untuk melemahkan kemenangan Trump dalam Pilpres 2016.
Menurut Gabbard, para pejabat keamanan nasional di masa pemerintahan Obama meletakkan dasar bagi apa yang pada dasarnya merupakan kudeta selama bertahun-tahun terhadap Trump, dengan memalsukan informasi intelijen yang menyiratkan keterlibatan Rusia dalam proses pemilu.
Lebih jauh, Gabbard menyebut bahwa media besar seperti The Washington Post turut menerima dan menyebarluaskan informasi yang disebutnya menyesatkan, seputar tuduhan bahwa Rusia menggunakan taktik siber untuk memengaruhi hasil pemilu.
Sebagai respons terhadap rilis dokumen terkait laporan tersebut, Trump juga mengunggah sebuah video provokatif di Truth Social.
Video itu menampilkan pernyataan berbagai tokoh Demokrat yang menyatakan bahwa “tidak seorang pun kebal hukum,” diakhiri dengan klip buatan AI yang menunjukkan adegan penangkapan Barack Obama di Ruang Oval.
Belum ada tanggapan resmi dari Barack Obama, Joe Biden, maupun Hillary Clinton atas tuduhan Trump tersebut.
Kontroversi seputar penyelidikan campur tangan Rusia telah berlangsung bertahun-tahun, dimulai sejak awal masa kepresidenan Trump.
Meski laporan dari Penasihat Khusus Robert Mueller pada 2019 menemukan bukti bahwa Rusia berusaha memengaruhi pemilu, investigasi tersebut tidak menyimpulkan adanya konspirasi antara tim kampanye Trump dengan pemerintah Rusia.
Namun, Trump dan para pendukungnya telah lama menuding penyelidikan itu sebagai upaya sabotase politik yang disengaja.