Berita

Petugas pemadam kebakaran di lokasi jatuhnya pesawat Air India di kota Ahmedabad, negara bagian Gujarat, India/AP

Dunia

Laporan Awal Tragedi Air India Picu Spekulasi dan Tuduhan Kesalahan Pilot

SELASA, 15 JULI 2025 | 13:14 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Tepat satu bulan setelah kecelakaan tragis yang menewaskan 260 orang di Ahmedabad, Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat India (AAIB) merilis laporan awal yang memicu gelombang spekulasi dan kritik. 

Pesawat Air India AI171, Boeing 787 Dreamliner dengan tujuan London, jatuh hanya beberapa detik setelah lepas landas pada 12 Juni 2025, menabrak ruang makan sebuah perguruan tinggi kedokteran dan menyebabkan korban jiwa di udara dan darat.

Kecelakaan ini disebut sebagai yang paling mematikan dalam industri penerbangan komersial global selama satu dekade terakhir.


Laporan awal mengungkapkan bahwa pesawat kehilangan daya dorong karena pasokan bahan bakar terputus secara tiba-tiba tak lama setelah meninggalkan landasan pacu Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel. 

Yang mengejutkan, sakelar kontrol bahan bakar ditemukan dalam posisi mati, sesuatu yang menurut para ahli, seharusnya tidak bisa terjadi secara tidak sengaja karena adanya sistem penguncian otomatis.

Rekaman kokpit memperdengarkan percakapan singkat antara dua pilot yang terlibat. 

“Mengapa kamu mematikan bahan bakarnya?” tanya salah satu pilot. 

Pilot lainnya menjawab: “Aku tidak melakukannya.”

Cuplikan dialog itu segera ditafsirkan publik sebagai indikasi adanya kesalahan manusia, atau bahkan tindakan sabotase. Namun, para pakar menyerukan kehati-hatian.

Marco Chan, mantan pilot dan dosen senior di Buckinghamshire New University menjelaskan bahwa dialog kokpit Air India tersebut tidak bisa sepenuhnya membuktikan adanya kesalahan manusia.  

“Laporan ini belum menyimpulkan apa pun. Kita belum tahu apakah tindakan tersebut dilakukan secara manual, akibat kegagalan mekanis, atau sinyal elektronik yang salah," ujarnya, seperti dimuat AFP pada Selasa, 15 Juli 2025.

Dua asosiasi pilot terbesar di India mengecam keras spekulasi yang mencuat. Asosiasi Pilot Komersial India menyatakan dalam pernyataan resmi bahwa mereka sangat terganggu oleh narasi spekulatif, khususnya insinuasi sembrono tentang dugaan bunuh diri pilot, dan menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap pelaporan etika.

Sam Thomas, Presiden Asosiasi Pilot Maskapai India (ALPA India), menuduh investigasi terlalu cepat menyimpulkan kesalahan pilot. 

“Kami merasa penyelidikan diarahkan untuk menyalahkan kru, dan kami sangat menentangnya,” ujarnya.

Tekanan juga tertuju pada Boeing dan Air India. Menyusul laporan tersebut, otoritas penerbangan di India dan Korea Selatan memerintahkan pemeriksaan terhadap sakelar kontrol bahan bakar pada pesawat Boeing tertentu. 

Padahal, pada 2018, FAA AS pernah mengeluarkan imbauan untuk memeriksa komponen itu, tetapi Air India mengabaikannya karena sifatnya yang tidak wajib.

“Apakah versi 'terkunci' dari sakelar benar-benar terpasang dan berfungsi sebagaimana mestinya? Itu yang harus kita selidiki. Jika ternyata perangkat kerasnya normal, tetapi menerima sinyal cutoff yang keliru, maka ini bisa mengarah pada masalah sistemik, bukan manusia," kata Thomas.

Bernard Lavelle, konsultan utama BL Aviation Consulting, memperingatkan bahwa laporan awal memang hanya bertujuan menyampaikan apa yang diketahui sejauh ini. 

“Ini bukan laporan yang akan memberi kita kesimpulan. Ini baru permulaan. Saya mengerti masyarakat ingin tahu, tetapi lebih baik benar daripada cepat," kata dia.

Lavelle memperkirakan bahwa laporan akhir bisa memakan waktu setidaknya satu tahun. Selama itu, seluruh riwayat pemeliharaan pesawat, log operasional, dan latar belakang awak penerbangan akan diperiksa.

“Ini seperti menyusun puzzle besar. Butuh waktu, data, dan ketelitian,” ujarnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya