Berita

Foto ilustrasi: detik.com.

Publika

Alumni PMII dan Jalan Asta Cita

MINGGU, 13 JULI 2025 | 20:31 WIB | OLEH: AHMAD THOLABI KHARLIE*

RAPAT Kerja Nasional (Rakernas) I Pengurus Besar Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB IKA PMII) yang digelar bersamaan dengan pengukuhan pengurus periode 2025-2030 menjadi titik tolak penting dalam meletakkan arah baru kontribusi alumni PMII bagi bangsa.

Salah satu komitmen strategis yang dicanangkan dalam forum tersebut adalah kesediaan dan kesiapan alumni PMII untuk ambil peran aktif dalam mewujudkan delapan agenda besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang dikenal dengan istilah Asta Cita.

Komitmen ini tentu tidak berada di ruang hampa. Ia lahir dari dialektika panjang antara idealisme kader PMII dengan realitas kebangsaan yang terus berkembang. Dalam konteks kekinian, ikhtiar mewujudkan Asta Cita merupakan bentuk aktualisasi keberpihakan alumni PMII kepada agenda pembangunan nasional yang berbasis keadilan, kedaulatan, dan keberlanjutan.


Responsif

Sejarah panjang PMII sebagai organisasi kader menegaskan identitasnya sebagai kekuatan progresif yang selalu menyikapi perubahan dengan sikap kritis namun konstruktif. Alumni PMII dididik untuk berpikir reflektif, bertindak adaptif, dan bersikap proaktif terhadap dinamika sosial, politik, dan ekonomi.

Dalam lintasan waktu, responsivitas alumni PMII terhadap pergeseran zaman terbukti mampu menempatkan organisasi ini tetap relevan dan kontributif. Alumni PMII tidak hanya berteriak di luar pagar kekuasaan melalui peran-peran sosial kemasyarakatan, namun juga mengisi ruang-ruang strategis sebagai penyambung lidah kepentingan rakyat dan penjaga etika demokrasi.

Di tengah pusaran tantangan global seperti krisis energi, perubahan iklim, transisi digital, serta ancaman disintegrasi sosial akibat polarisasi politik, alumni PMII dituntut untuk menghadirkan pemikiran-pemikiran solutif yang membumi. 
Di sinilah diperlukan respons yang bukan sekadar reaksioner, melainkan partisipatif dan solutif. Peran ini hanya bisa dijalankan oleh mereka yang memiliki akar kuat pada nilai-nilai Islam, kebangsaan, dan kemanusiaan universal, tiga pilar yang menjadi fondasi gerakan PMII.

Alumni PMII saat ini telah tersebar di pelbagai sektor kehidupan bangsa. Mereka ada di parlemen, di lembaga-lembaga eksekutif dan yudikatif, di kampus-kampus, lembaga riset, dunia usaha, media, bahkan hingga ruang-ruang komunitas akar rumput. Ini menandakan bahwa alumni PMII tidak berada dalam menara gading, tetapi berbaur dengan denyut nadi rakyat.

Namun posisi strategis itu tidak cukup hanya menjadi data statistik. Ia harus diproyeksikan menjadi modal sosial dan politik dalam menopang arah perubahan bangsa ke depan. Alumni PMII harus menjadi jembatan antara rakyat dan negara, antara wacana dan tindakan, serta antara idealisme dan kebijakan.

Dalam konteks Asta Cita, yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, penguatan pertahanan negara, transformasi ekonomi, reformasi birokrasi, hingga pembangunan ibu kota negara baru, peran alumni PMII sangat relevan. Sebagai anak kandung reformasi, alumni PMII harus mampu menjadi pengawal arah pembangunan agar tetap berada pada jalur keadilan sosial dan kesejahteraan umat.

Sokongan terhadap program-program pemerintah tidak berarti menanggalkan kritisisme, tapi justru menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi. Seperti dinyatakan John Locke dalam Two Treatises of Government (1823) bahwa pemerintah memperoleh legitimasi dari kesepakatan rakyat dan karena itu warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendukungnya dalam koridor hukum dan keadaban publik.

Dalam demokrasi yang sehat, sinergi antara masyarakat sipil dan negara menjadi keniscayaan. Alumni PMII dengan bekal intelektualitas, jejaring, dan pengalaman organisasi, memiliki kapasitas untuk berperan sebagai mitra strategis dalam mengawal agenda Asta Cita.

Dengan keterlibatan alumni PMII dalam pelbagai struktur kekuasaan dan birokrasi, maka menjadi tugas moral dan organisasi untuk memastikan bahwa keberadaan mereka bukan sekadar pengisi jabatan, melainkan penegak nilai dan penggerak perubahan. Mereka harus tampil sebagai negarawan, bukan sekadar politisi biasa.

Agenda Strategis


Sebagai manifestasi dari semangat partisipasi, PB IKA PMII perlu menyusun agenda strategis yang berorientasi pada penguatan kualitas SDM, pemberdayaan ekonomi umat, pengembangan digitalisasi pelayanan publik, pengarusutamaan moderasi beragama, serta pembangunan kepemimpinan transformatif di pelbagai level. Ini adalah bentuk konkret dari sumbangsih alumni PMII dalam menopang keberhasilan Asta Cita.

Agenda strategis itu harus disusun dengan pendekatan kolaboratif, melibatkan seluruh elemen alumni, baik di pusat maupun di daerah. Rakernas yang telah digelar adalah momentum awal untuk merancang cetak biru kontribusi IKA PMII secara nasional. Namun, lebih dari itu, perlu dibangun sistem monitoring dan evaluasi agar program yang dicanangkan tidak sekadar menjadi dokumen seremonial, melainkan mampu diturunkan dalam program kerja nyata yang berdampak luas.

Di sinilah pentingnya membangun sinergi dengan seluruh aktor pembangunan, yakni pemerintah, masyarakat sipil, dunia usaha, dan media. Alumni PMII harus menjadi jembatan penghubung antar-kepentingan, dengan semangat inklusivitas dan keberpihakan pada rakyat kecil.

Tantangan terbesar bagi alumni PMII ke depan bukan hanya menjaga eksistensi organisasi, melainkan menjaga relevansi gerakan dan keberlanjutan kontribusi. Di tengah dunia yang terus berubah, alumni PMII dituntut untuk berani menyesuaikan arah geraknya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai dasarnya.

Asta Cita adalah pintu masuk yang sah bagi alumni PMII untuk mengambil peran lebih besar dalam pembangunan nasional. Namun, untuk sampai ke sana, diperlukan desain program yang matang, integritas personal yang tinggi, dan kemauan untuk terus belajar serta bersikap terbuka terhadap perubahan.

Kemampuan untuk tetap berdiri kokoh di atas nilai-nilai keislaman yang toleran, nasionalisme yang mencerahkan, dan komitmen kerakyatan yang kuat, adalah modal utama untuk menjadi agen perubahan. Alumni PMII harus terus bergerak, menyatu dalam denyut nadi bangsa, dan menjadi suluh yang menerangi.

*Guru Besar UIN Jakarta, alumnus PMII Ciputat.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya