Berita

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani/RMOL

Politik

Industri Padat Karya Terancam, Apindo Wanti-wanti Dampak Tarif 32 Persen dari AS

SELASA, 08 JULI 2025 | 16:28 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif 32 persen terhadap produk asal Indonesia dipastikan bakal menekan industri padat karya dalam negeri. 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengingatkan, sektor-sektor seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, furnitur, hingga mainan berpotensi terdampak paling besar karena memiliki pangsa ekspor tinggi ke pasar AS.

“Jika kebijakan tarif tinggi ini benar-benar diberlakukan penuh, tekanan terhadap sektor-sektor itu akan semakin berat, apalagi saat ini indeks manufaktur sedang melemah, biaya produksi meningkat, dan permintaan global melambat,” ujar Shinta dalam keterangan tertulisnya, Selasa 8 Juli 2025.


Shinta menilai, meski ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 10 persen dari total ekspor nasional, dan kontribusi terhadap PDB relatif moderat, dampaknya tetap perlu diwaspadai.

"Risiko penurunan permintaan, masuknya barang murah atau ilegal, serta tingginya biaya berusaha tetap menjadi tantangan nyata yang perlu diantisipasi bersama," tuturnya.

Meski demikian, menurut Shinta pemerintah masih memiliki kesempatan untuk kembali melakukan negosiasi dengan pemerintah Washington.

"Tenggat implementasi tarif pada 1 Agustus menunjukkan bahwa jalur diplomasi tetap terbuka dan peluang untuk mencapai kesepakatan yang konstruktif masih tersedia," katanya.

Menghadapi situasi ini, Apindo menegaskan pentingnya kekuatan diplomasi ekonomi Indonesia untuk meredam dampak buruk tarif tersebut. 

Selama tiga bulan terakhir, Apindo bersama para pelaku usaha, kata Shinta juga telah aktif memberikan masukan kepada pemerintah guna merumuskan strategi yang tepat.

Beberapa langkah yang diusulkan antara lain, mendorong peningkatan impor komoditas strategis dari AS seperti kapas, jagung, kedelai, dan crude oil untuk menyeimbangkan neraca dagang, serta memperluas ekspor ke pasar non-tradisional agar tidak terlalu bergantung pada pasar AS.

"Dengan langkah diplomasi yang kuat disertai dengan pembenahan iklim berusaha di dalam negeri, kami optimis bahwa Indonesia dapat melalui tantangan ini sesuai harapan," tandasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Pakar Tawarkan Framework Komunikasi Pemerintah soal Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:32

Gotong Royong Perbaiki Jembatan

Kamis, 25 Desember 2025 | 05:12

UU Perampasan Aset jadi Formula Penghitungan Kerugian Ekologis

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:58

Peresmian KRI Prabu Siliwangi-321 Wujudkan Modernisasi Alutsista

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:39

IPB University Gandeng Musim Mas Lakukan Perbaikan Infrastruktur

Kamis, 25 Desember 2025 | 04:14

Merger Energi Fusi Perusahaan Donald Trump Libatkan Investor NIHI Rote

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:52

Sidang Parlemen Turki Ricuh saat Bahas Anggaran Negara

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:30

Tunjuk Uang Sitaan

Kamis, 25 Desember 2025 | 03:14

Ini Pesan SBY Buat Pemerintah soal Rehabilitasi Daerah Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:55

Meneguhkan Kembali Jati Diri Prajurit Penjaga Ibukota

Kamis, 25 Desember 2025 | 02:30

Selengkapnya