Erick Thohir, Zulkifli Hasan, dan Sri Mulyani/Net
Kinerja menteri-menteri Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto, diukur oleh Indonesia Political Opinion (IPO). Di mana hasilnya, ada 3 nama menteri yang dinilai terbaik kinerjanya.
Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah memaparkan hasil survei terkait itu dalam diskusi Trijaya, berlangsung daring pada Sabtu, 31 Mei 2025.
Dedi menjelaskan, nama-nama menteri yang berada di posisi paling atas karena dinilai publik punya kinerja terbaik, merupakan menteri-menteri yang mengurusi bidang ekonomi.
Menariknya, tiga menteri bidang ekonomi yang masuk kategori terbaik di survei IPO kali ini, tidak asing di publik.
"Menteri dalam persepsi berkinerja paling baik masih didominasi oleh pejabat lama," ujar Dedi.
Lebih rinci, Dedi menyebutkan tiga nama menteri yang berkinerja paling baik versi survei IPO kali ini.
"Tokoh dengan anggapan bekerja paling baik adalah Menteri BUMN Erick Thohir 12,5 persen, Menteri Keuangan Sri Mulyani 11,2 persen, pada posisi ketiga ada Menko Pangan Zulkifli Hasan 8,1 persen," urai Dedi.
Di urutan keempat dan kelima, Dedi menyebutkan nama Menteri Agama Nasarudin Umar dinilai baik 6,5 persen responden sebagai menteri berkinerja terbaik. Kemudian disusul Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sebesar 6,2 persen.
Adapun di urutan keenam dan selanjutnya ada Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono dinilai baik 5,7 persen responden, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya (5,4 persen), Menteri ESDM Bahlil Lahadalia (5,0 persen).
Kemudian Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dinilai baik oleh 4,6 persen responden, Menko Hukum, HAM, dan Imigrasi Yusril Ihza Mahendra (3,8 persen), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti (2,9 persen), Menteri Dalam Negeri M. Tito Karnavian (2,7 persen).
Kemudian ada Wakil Menteri Tenaga Kerja Immanuel Ebenezer Gerungan 2,3 persen, Menteri Perumahan dan Pemukiman Maruarar Sirait 1,8 persen, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita 1,5 persen.
"Adapula yang tidak menjawab, tidak tahu harus menjawab apa, dan merahasiakan jawabannya sebanyak 19,8 persen," demikian Dedi menambahkan.
Survei IPO kali ini memiliki pengukuran kesalahan atau margin of error sebesar 2,90 persen, dengan tingkat akurasi data 95 persen.
Pengambilan sampel berjumlah 1.200 responden menggunakan teknik stratified multistage random sampling (SMRS), atau pengambilan sampel bertingkat.