Berita

Publika

Eureka! Transformasi Transmigrasi, Tuas Baru Membangun Peradaban

RABU, 21 MEI 2025 | 12:02 WIB | OLEH: R. MUHAMMAD ZULKIPLI*

"Give me a place to stand, and a lever long enough, and I will move the world." - Archimedes

UNGKAPAN ini bukan sekadar retorika filsafat. Ia berakar dari salah satu prinsip fisika paling mendasar dan paling tua yang pernah dikenal manusia: prinsip tuas.

Tuas (lever) adalah mesin sederhana -sebatang benda kaku yang mampu berputar pada suatu titik tetap, yang disebut titik tumpu (fulcrum). Dengan mengatur posisi antara titik tumpu, beban, dan usaha, tuas mampu mengubah gaya kecil menjadi gaya besar. Inilah yang dalam fisika disebut sebagai keuntungan mekanis.


Sejak zaman sebelum Mesir Kuno, prinsip ini telah digunakan untuk mengangkat obelisk raksasa seberat lebih dari 100 ton, hanya dengan alat sederhana dan kecerdasan rekayasa. Di era Renaisans, para ilmuwan menetapkannya sebagai salah satu dari enam mesin sederhana dasar yang menjadi fondasi teknologi modern.

Dalam hakikatnya, tuas adalah pengungkit. Ia memperdagangkan kekuatan dengan pergerakan. Dengan titik tumpu yang tepat dan lengan yang cukup panjang, hal yang tampaknya mustahil bisa dilakukan.

Lalu saya pun berpikir: Bisakah kita memperlakukan kebijakan publik seperti tuas? Bisakah ada sebuah intervensi sederhana tapi strategis -sebuah 'ekspedisi' -yang mampu mengangkat peradaban dari titik paling pinggir republik ini?

Saya kemudian teringat pada akhir tahun 2024, menjelang peringatan kelahiran Sang Juru Selamat, saya menginjakkan kaki di Merauke, Papua Selatan. Di kota yang menjadi tapal batas paling timur Indonesia ini, saya hadir dalam sebuah pertemuan reflektif. Dr. Velix Wanggai, intelektual bersahaja yang juga Orang Asli Papua (OAP) kini mengelola Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat di Kementerian Transmigrasi, menyampaikan sesuatu yang jauh melampaui rutinitas birokrasi: paradigma baru transmigrasi, dalam salah satu konsepsi program unggulan -Transmigrasi Patriot dan Ekspedisi Patriot sebagai dua sisi dari satu tuas kebangsaan.

Transmigasi Patriot adalah kerangka kebijakan negara yang menata ulang cara Indonesia hadir di wilayah afirmasi, dengan keberpihakan yang lebih strategis, ilmiah, dan manusiawi. Pergerakan yang diawali dengan Ekspedisi dalam ranah akademik, dimana manusia-manusia unggul -pendidik, insinyur, ahli kesehatan, agronom, peneliti sosial, dan wirausahawan sosial- untuk mengabdi di kawasan transmigrasi sebagai penguat lokalitas, bukan pengganti.

Mereka datang karena diminta, dibutuhkan, dan diharapkan hadir oleh masyarakat, termasuk oleh banyak Orang Asli Papua sendiri. Mereka membawa ilmu, mendengar dengan hati, dan bekerja dari bawah.

Transmigrasi bukan lagi soal 'memindahkan' manusia ke tanah kosong, melainkan menguatkan titik-titik strategis republic melalui kehadiran manusia unggul yang membawa ilmu, kepekaan sosial, dan semangat kolaborasi.

Program ini berjalan seiring dengan transformasi besar menuju Kawasan Ekonomi Transmigrasi Terintegrasi (KETT) -wilayah terpadu yang tidak hanya membangun rumah dan ladang, tetapi juga mewujudkan hub agro-maritim dan industri lokal, membangun pendidikan dan kesehatan berbasis komunitas, dan mengintegrasikan infrastruktur fisik dan nilai-nilai lokal.

Mungkin, Transmigrasi Patriot adalah percobaan paling radikal dalam sejarah modern Indonesia untuk memindahkan pusat gravitasi pembangunan: dari teori ke satu kesatuan yang dimulai dari hati kepada fikiran ucapan dan perbuatan. Dan jika Archimedes benar bahwa dunia bisa digerakkan dengan tuas yang tepat maka Transmigrasi Patriot adalah upaya kita mencari tuas itu, dan Kawasan Transmigrasi bisa jadi tempat kita berpijak. Eureka!

*Penulis adalah praktisi di bidang manajemen.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya