Berita

Raden Umar/Ist

Publika

Bela Negara Bukan Militerisme

Oleh: Raden Umar*
MINGGU, 11 MEI 2025 | 06:00 WIB

ISU bela negara kerap diasosiasikan dengan barak militer, baris-berbaris, atau atribut kamuflase. Padahal, makna sejatinya jauh lebih luas. Di tengah arus globalisasi dan derasnya pengaruh media sosial, justru pelajar sebagai generasi penerus bangsa perlu dibekali pemahaman bela negara yang kontekstual dan relevan, aplikatif, dan membumi.

Mengapa Pelajar? 

Karena di tangan merekalah masa depan bangsa dititipkan. Pendidikan bela negara di kalangan pelajar bukan sekadar menyanyikan lagu kebangsaan setiap hari Senin, tetapi bagaimana menanamkan nilai cinta tanah air, kesadaran hukum, disiplin, dan semangat gotong royong sejak bangku sekolah.


Bicara bela negara berdasarkan aspek hukum, memiliki dasar yang kuat. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara". Lebih lanjut, amanat konstitusi ini diperkuat oleh UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yang dalam Pasal 9 ayat (1) menegaskan bahwa "Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara". 

Pelaksanaannya pun dijabarkan melalui Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024 yang mendorong integrasi nilai-nilai kebangsaan dan bela negara dalam kurikulum pendidikan.

Realitas Hari Ini: Generasi Tersandera Tantangan Zaman 

Mari kita  jujur. Hari ini kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan. Tawuran antar pelajar makin brutal, penyalahgunaan narkoba merambah usia SMP, judi online menjamur bahkan di gawai siswa SD, dan kecanduan game online membuat banyak pelajar terjaga hingga dini hari.

Pertanyaannya? bagaimana mungkin prestasi dan karakter bangsa terbentuk, jika masalah-masalah dasar seperti ini belum terselesaikan? Inilah sinyal bahwa kita tak bisa hanya mengandalkan pendekatan akademik semata. Pendidikan bela negara adalah salah satu jawabannya, bukan dalam bentuk doktrinasi semata, tetapi sebagai upaya membangun kesadaran kolektif tentang siapa diri kita sebagai bangsa, dan apa tanggung jawab kita sebagai generasi muda Indonesia.

Bela Negara Itu Karakter, Bukan Barikade 

Pendidikan bela negara bukan wajib militer. Yang dibangun adalah karakter, bukan kekuatan tempur. Namun, internalisasi nilai-nilainya tidak bisa dibentuk hanya sebatas dalam ruang-ruang kelas sekolah belaka, ia harus ditanamkan melalui sebuah proses pembentukan pendidikan dan pelatihan secara terstruktur dan sistematis demi terbangunnya kesadaran diri makna sejati dari bela negara itu sendiri akan tanggung jawab pelajar sebagai warga bangsa.

Hal ini sejalan dengan teori pendidikan karakter dari Thomas Lickona (1991) dalam bukunya Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Lickona menekankan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tentang moralitas individu, tapi juga membentuk kepekaan sosial dan tanggung jawab warga negara dalam kehidupan demokratis.

Peran Sekolah dan Guru Sangat Vital

Sekolah bukan cuma tempat belajar kognitif, tetapi juga ruang pembentukan jati diri kebangsaan. Guru tak cukup jadi pengajar, tapi juga pembina karakter. Kurikulum pendidikan harus memberi ruang besar untuk menyisipkan nilai-nilai bela negara secara kreatif dan interaktif, mulai dari diskusi kelas hingga program pengabdian masyarakat.

Paulo Freire (1970) dalam Pedagogy of the Oppressed menyebut bahwa pendidikan sejati adalah proses sadar yang membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan apatisme. Pendidikan bela negara harus menjadi alat pembebasan, bagaimana generasi penerus dapat bertumbuh kembang melalui pendidikan yang mencerahkan pada arah tujuan kehidupannya. 

Tujuannya yang diharapkan dapat membentuk pelajar yang berpikir kritis, punya kepedulian sosial, dan tangguh menghadapi disrupsi zaman. Bukan hanya bicara demokrasi, namun tidak memahami arti. Disinilah makna terdalam pembebasan manusia dari ketidaktahuan menjadi tahu agar lebih memahami makna keberadaan dirinya dalam ekosistem bernegara.

Tantangan Jadi Peluang 

Memang tidak mudah. Di era digital, pelajar lebih akrab dengan konten viral daripada nilai-nilai luhur bangsa. Tapi justru di situlah peluangnya. Jika pendekatan bela negara dikemas menarik dan kekinian, bukan sekedar doktrin tapi dialog, maka pelajar akan lebih mudah meresapinya. 

Kampanye kreatif lewat media sosial, film pendek bertema nasionalisme, hingga program Diklat berkelanjutan dan bertingkat tentang bela negara bisa menjadi strategi.

Di tengah dunia yang makin cair batasnya, karakter kebangsaan harus dipatri kuat di dada generasi muda. Dan itu, dimulai dari sekolah mulai dari hari ini. Jika bukan sekarang kapan lagi, jika bukan dari kita, siapa lagi.

*Penulis adalah Komandan Resimen Mahasiswa Jayakarta

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya