Kardinal Giovanni Battista Re yang memimpin pemakaman Paus Fransiskus/Net
Setelah pemakaman Paus Fransiskus yang disaksikan lebih dari 400.000 orang di Vatikan dan Roma, perhatian dunia kini beralih ke konklaf rahasia para kardinal untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.
Dalam upacara penuh emosi di Lapangan Santo Petrus, umat dari seluruh dunia memberikan penghormatan terakhir kepada Paus pertama asal Amerika Latin itu.
Fransiskus dikenang sebagai sosok reformis yang membela kaum termiskin dan paling rentan.
"Ia akhirnya mengubah Gereja menjadi sesuatu yang lebih normal, lebih manusiawi," ungkap Romina Cacciatore, seorang penerjemah Argentina, seperti dikutip dari AFP pada Minggu, 26 April 2025.
Pemilihan Paus baru akan dilakukan oleh 135 kardinal yang memenuhi syarat, dengan usia di bawah 80 tahun.
Sebagian besar dari mereka adalah kardinal yang diangkat oleh Paus Fransiskus sendiri, menandakan adanya kemungkinan penerus yang meneruskan jejak reformis beliau. Namun, para pengamat mengingatkan bahwa arah pilihan ini tetap tidak pasti.
Kardinal Jean-Claude Hollerich memperkirakan konklaf akan berlangsung pada 5 atau 6 Mei, segera setelah masa berkabung resmi berakhir.
Sementara Kardinal Reinhard Marx menambahkan, Konklaf akan berlangsung hanya beberapa hari.
Dalam homili pemakaman, Kardinal Giovanni Battista Re menekankan warisan Paus Fransiskus yang dikenal dengan pembelaannya terhadap migran dan seruannya untuk perdamaian.
Banyak umat berharap pemimpin baru dapat melanjutkan visi tersebut. Evelyn Villalta, pelayat asal Guatemala, berharap Paus yang terpilih dalam Konklaf akan meneruskan ajaran-ajaran Paus.
"Mudah-mudahan Paus akan meneruskan fondasi yang ditinggalkan oleh Paus Fransiskus,” ujarnya.
Mencermati masa lalu, setiap pemilihan paus membawa perubahan besar dalam gaya kepemimpinan Gereja dari Yohanes Paulus II yang karismatik, ke Benediktus XVI yang intelektual, hingga Fransiskus yang penuh aksi di lapangan.
Kini, dengan 1,4 miliar umat Katolik menanti, para kardinal mengakui beratnya tugas ini.
"Kami merasa sangat kecil. Kami benar-benar perlu berdoa untuk diri kami sendiri," ujar Kardinal Hollerich.
Dunia kini menunggu, berharap akan hadirnya seorang pemimpin baru yang dapat mengarahkan Gereja Katolik dalam zaman yang penuh tantangan ini.