Berita

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump/Net

Dunia

Waspadai Strategi Neo-Merkantilisme Trump, Bukan Sekadar Kenaikan Tarif

MINGGU, 06 APRIL 2025 | 13:14 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Kebijakan tarif Amerika Serikat yang menggemparkan dunia ekonomi baru-baru ini bukan ancaman utama dari pemerintahan era Presiden Donald Trump. 

Menurut pengamat geopolitik sekaligus Direktur Eksekutif Global Future Institute, Hendrajit, ancaman dari Trump bukan sekadar kenaikan tarif impor atau proteksionisme ekonomi semata.

Ia menjelaskan bahwa haluan politik Trump memang bukan neoliberalisme, tapi kombinasi antara ultra-nasionalis atau chauvinisme dengan kapitalisme yang diamankan oleh negara. 


Menurutnya, Trump tidak berusaha menghapus neoliberalisme Amerika Serikat yang selama ini menjadi wajah kebijakan luar negeri Washington. Sebaliknya, ia berupaya membuktikan bahwa strategi ekonomi-politiknya lebih efektif dalam mempertahankan dominasi global AS.

"Sayangnya, niat Trump cuma mau membuktikan ke kaum neolib Amerika, ‘nih cara saya lebih cespleng kan dalam mempertahankan neokolonialisme global kita.’ Bukannya berniat menghapus neoliberalisme AS di luar Amerika, melainkan menghidupkan kembali kolonialisme klasik berbasis merkantilisme," papar Hendrajit kepada RMOL pada Minggu, 6 April 2025. 

Perbedaan utama dari pendekatan ini, lanjut Hendrajit, terletak pada aktor pendorongnya. Jika kolonialisme dahulu dikendalikan oleh korporasi, kini dijalankan langsung oleh negara yang dipimpin oleh para aktor geopolitik. 

Tujuannya bukan sekadar menginternasionalisasikan kapitalisme dan pasar bebas, tetapi menciptakan supremasi ekonomi dan militer demi kejayaan negara.

"Merkantilisme bukan kapitalisme berbasis pasar bebas yang mana korporasi atau perusahaan Trans Nasional adalah aktor-aktor utamanya, melainkan membangun kekuatan ekonomi dan militer untuk kejayaan dan kekayaan negara. Gold, Gospel and Glory," tegasnya.

Hendrajit menilai bahwa di era Trump, Gedung Putih menjadi pusat kendali semua keputusan strategis, bahkan melewati peran Kongres AS.

"Alhasil, sentra seluruh pengambilan keputusan strategis sepenuhnya di Gedung Putih. Bahkan Capitol Hill markas Kongres pun cuma tukang stempel saja," kata dia. 

Peringatan Hendrajit tidak berhenti pada soal ekonomi. Ia menyoroti bahaya utama dari Trump adalah penyatuan antara kepentingan ekonomi dan misi militer, terutama melalui penguatan Kompleks Industri Militer AS. Mengawinkan kepentingan korporasi ekonomi berbasis industri berat seperti minyak, gas dan tambang batu bara. 

“Esensi bahaya AS saat ini adalah mengawinkan misi ekonomi-perdagangan dengan misi militer. Seraya memperkuat Kompleks Industri Militer, bukan saja untuk mengekspor peralatan militer canggih, tapi juga menciptakan proyek-proyek perang untuk menyuburkan perusahaan-perusahaan tentara swasta seperti Blackwater, DynCorp, dan Vinel Corporation,” jelasnya.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya