Pelemahan mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga minyak mengalami sedikit kenaikan pada perdagangan Selasa, 11 Maret 2025.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 28 sen atau 0,4 persen menjadi 69,56 Dolar AS per barel, setelah sempat turun hingga 68,63 Dolar AS di awal sesi.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 22 sen atau 0,3 persen menjadi 66,25 Dolar AS per barel, setelah sebelumnya juga mengalami penurunan.
Pelemahan indeks Dolar AS, yang mencapai titik terendah dalam empat bulan, membuat minyak lebih murah bagi pembeli luar negeri, sehingga mendorong kenaikan harga minyak.
Namun, pasar saham AS mengalami penurunan signifikan, menambah aksi jual terbesar dalam beberapa bulan. Indeks S&P 500 mencatat penurunan harian terbesar sejak 18 Desember, dan Nasdaq merosot 4,0 persen, penurunan satu hari terbesar sejak September 2022.
Pasar juga terpengaruh meningkatnya ketegangan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor baja dan aluminium dari Kanada menjadi 50 persen, sebagai respons terhadap keputusan provinsi Ontario yang memberlakukan tarif 25 persen pada ekspor listrik ke AS.
"Drama semacam itu menambah volatilitas di sini," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Dalam hal pasokan, produksi minyak mentah AS diperkirakan mencetak rekor lebih besar tahun ini dibanding estimasi sebelumnya, dengan rata-rata 13,61 juta barel per hari, menurut Badan Informasi Energi AS.
Investor kini menantikan data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu 12 Maret 2025, untuk mendapatkan petunjuk tentang arah suku bunga. Mereka juga sedang memantau rencana OPEC+, yang telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi pada April mendatang.