Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

AS Mundur dari JETP, Bagaimana Nasib Transisi Energi Indonesia?

JUMAT, 07 MARET 2025 | 15:24 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk keluar dari seluruh program Just Energy Transition Partnership (JETP), termasuk di Indonesia, dinilai tidak akan menghambat upaya transisi energi di dalam negeri, selama langkah tersebut tidak diikuti oleh negara-negara lain.

Pendiri Indonesia Climate Justice Literacy, Firdaus Cahyadi, menjelaskan bahwa JETP awalnya dibentuk oleh AS, Jepang, dan kelompok mitra internasional (IPG) untuk menyeimbangkan pengaruh investasi China dalam sektor energi terbarukan di Asia. 

Dengan keluarnya AS, dominasi China dalam investasi energi hijau di kawasan ini berpotensi meningkat. Namun, menurut Firdaus, Jepang dan negara-negara Barat lainnya tidak akan membiarkan hal itu terjadi, sehingga JETP di Indonesia diyakini akan tetap berjalan meski tanpa keterlibatan AS.

"Perkembangan terakhir, posisi AS digantikan oleh Jerman. Jika sebelumnya, JETP Indonesia dipimpin oleh AS dan Jepang, kini pemimpinnya adalah Jerman dan Jepang. Dengan kata lain, JETP akan terus jalan meskipun AS keluar dari kepemimpinan JETP," kata Firdaus, dikutip pada Jumat 7 Maret 2025.

Ia menambahkan bahwa dalam jangka pendek, keluarnya AS dapat menyebabkan penundaan sejumlah pendanaan program. 

Namun, dalam jangka panjang, hal ini justru berpotensi mengurangi dominasi AS dalam pembiayaan sektor energi di Indonesia. 

Menurutnya, keputusan AS untuk mundur dari JETP juga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan posisi tawar dalam negosiasi dengan negara-negara donor lainnya. 

Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk menegosiasikan ulang beberapa aspek penting, seperti proporsi pendanaan yang saat ini lebih banyak berbentuk utang luar negeri agar dapat diubah menjadi hibah, atau setidaknya mencapai komposisi 50 persen hibah.

Selain itu, Firdaus menilai bahwa JETP selama ini lebih berfokus pada proyek energi terbarukan skala besar, sementara pengembangan energi berbasis komunitas kurang mendapatkan perhatian. 

"Jadi dampak ekonominya, bagi masyarakat akar rumput juga tidak terasa dari JETP ini, baik ada atau tidak ada AS," katanya.

Firdaus juga menegaskan bahwa pasar energi global tidak akan terlalu terpengaruh oleh keputusan AS, selama negara maju lainnya tetap berkomitmen terhadap transisi energi. 

Bahkan, ia menilai bahwa keputusan AS tersebut bisa menempatkan negara itu dalam posisi yang kurang menguntungkan di mata negara-negara lain yang masih mendukung JETP.

Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Sujono Djojohadikusumo sekaligus adik dari Presiden Prabowo Subianto sebelumnya pernah mengatakan bahwa JETP program gagal, karena AS sendiri belum mengucurkan dananya untuk inisiatif tersebut.

“JETP itu gagal, program gagal. Dua tahun berjalan, tetapi tidak satu Dolar pun dikucurkan oleh pemerintah Amerika Serikat. Banyak omon-omon ternyata,” kata Hashim pada Februari 2025 lalu.

“Jadi, saya kira, jangan berharap deh (pembiayaan) 20 miliar Dolar AS,” tambahnya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya