Prabowo saat peluncuran Danantara (Foto: Antara)
TANTANGAN kinerja ekonomi AS di bawah Presiden Donald Trump justru dilihat lumayan menantang oleh kalangan pelaku pasar. Serangkaian data terkini yang dirilis menghantarkan keraguan investor, di mana inflasi yang masih sulit dijinakkan sementara pertumbuhan ekonomi kini dikhawatirkan masih rawan.
Sikap pelaku pasar akhirnya berbalik pesimis hingga melakukan aksi jual untuk mendiskon indeks Wall Street secara tajam pada sesi penutupan pekan lalu. Merahnya indeks Wall Street kemudian menjadi modal buruk bagi sesi perdagangan awal pekan ini di Asia, Senin 24 Februari 2025. Meski demikian, pelaku pasar di Asia terkesan cenderung menahan diri hingga terhindar dari tekanan jual agresif.
Kinerja indeks di Asia akhirnya hanya menghasilkan keraguan dengan Indeks berakhir mixed dan cenderung terjebak di rentang terbatas. Indeks Nikkei (Jepang) menutup sesi dengan turun signifikan 1,06 persen di 38.372,5, sementara indeks ASX200 (Australia) terangkat tipis 0,14 persen di 8.308,2 dan indeks KOSPI (Korea Selatan) terkikis 0,35 persen di 2.645,27.
Jalannya sesi perdagangan di Asia diwarnai dengan rilis data inflasi terkini Singapura yang dilaporkan melambat pada Januari lalu dengan hanya mencapai kisaran 1,2 persen (yoy) atau lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 1,5 persen. Namun rilis data tersebut gagal memberikan pengaruh signifikan pada jalannya sesi perdagangan.
Pola berbeda terjadi pada sesi perdagangan di Jakarta, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beralih ke zona penurunan tajam usai mengawali sesi pagi dengan menguat moderat. Pelaku pasar di Jakarta terkesan kesulitan menemukan pijakan untuk bersikap optimis di tengah keraguan yang menghampiri Asia. Meski sempat mencoba mengikis penurunan di sesi sore IHSG terkesan kukuh dan konsisten menjejak zona pelemahan tajam di sepanjang sesi.
IHSG kemudian memungkasi sesi awal pekan dengan runtuh 0,78 persen di 6.749,6. Pantauan dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, pelaku pasar yang disuguhi sentimen domestik dari peluncuran Badan Pengelola Investasi, BPI Danantara. Peluncuran Danantara yang menuai sejumlah kritik tersebut, langsung dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana.
Empat Saham BUMN Pasca Peluncuran DanantaraEmpat saham BUMN terkemuka di bursa saham Indonesia yang menjadi bagian dari Danantara, yaitu: PT Bank BRI (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank BNI 46 (BBNI) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) terpantau cenderung mengalami tekanan jual. Kinerja empat saham tersebut tercatat bervariasi dan cenderung konsisten mengalami tekanan jual hingga penutupan sesi. BBRI ditutup naik 0,77 persen di Rp3.920, sedang BMRI berakhir turun 0,98 persen di Rp5.025, BBNI ditutup turun tajam 2,32 persen di Rp4.200, dan TLKM yang ditutup turun signifikan 1,88 persen di Rp2.600.
Secara keseluruhan, sentimen keraguan yang sedang berlangsung di Asia berubah menjadi pesimis di bursa saham Indonesia. Kinerja sejumlah besar saham unggulan terpantau kesulitan lepas dari tekanan jual diantaranya: BMRI, BBNI, BBCA, TLKM, ASII, UNVR, SMGR, PTBA serta ISAT.
Namun sejumlah saham unggulan lain masih mampu menutup sesi dengan kenaikan, seperti: BBRI, ADRO, INDF, ICBP, JPFA, PGAS dan UNTR. Kenaikan saham saham tersebut sedikit mengimbangi penurunan saham unggulan yang terkoreksi.[