Berita

Ilustrasi/Net

Bisnis

Harga Batu Bara China Terus Merosot, Raksasa Pertambangan Terpaksa Pangkas Produksi

KAMIS, 20 FEBRUARI 2025 | 13:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kemerosotan harga batu bara China kemungkinan akan berlangsung selama beberapa bulan yang berarti akan membebani pasar global. 

Dikutip dari Bloomberg, Kamis 20 Februari 2025, raksasa pertambangan Glencore Plc terpaksa mempertimbangkan pemangkasan produksi setelah harga turun mendekati level terendah. 

China merupakan produsen dan konsumen batu bara terbesar global. Namun, saat ini China bekerja keras untuk menimbun bahan bakar tersebut untuk mencegah pemadaman listrik yang melumpuhkan ekonomi. Ekonomi China melemah dalam beberapa tahun terakhir. 


Rekor produksi dan impor dalam negeri yang bertepatan dengan perlambatan ekonomi, menciptakan kelebihan pasokan dan mendorong harga batu bara pemanas lokal mendekati level terendah dalam empat tahun.

"Batu bara termal dapat menguji level terendah baru dalam jangka pendek," kata Li Xuegang, analis di Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China.

Penurunan harga kemungkinan akan mendinginkan minat negara tersebut terhadap impor. 

Menurut Li, permintaan batu bara China hanya diharapkan pulih pada paruh kedua tahun ini jika pemerintah meningkatkan stimulus ekonomi. Itu pun kemungkinan akan terjadi ketika permintaan pendingin udara mencapai puncaknya, sehingga mendongkrak kebutuhan listrik.

Harga batu bara berjangka Newcastle Australia jatuh ke level terendah sejak 2021 minggu ini. Penurunan harga mungkin akan teredam jika perusahaan seperti Glencore mengurangi pasokan.

Saat ini, permintaan batu bara China mengalami penurunan. Analis memperkirakan harga batu bara spot akan turun di bawah level kontrak jangka panjang yang biasanya menjadi jangkar pasar. 

Batu bara berkualitas rendah (lignit), yang biasanya dicampur dengan kadar yang lebih tinggi untuk meningkatkan nilai kalornya, akan mengalami pukulan terbesar. 

Menurut Bloomberg Intelligence, pemasok batu bara kokas utama China, Mongolia, juga bermaksud untuk meningkatkan penjualan ke China hampir seperlimanya tahun ini, meskipun hal itu dapat merugikan Australia.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya