Berita

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)/Ist

Publika

Dari Pesantren Sarang, PPP Dipersatukan

Oleh: Tony Rosyid*
JUMAT, 14 FEBRUARI 2025 | 07:09 WIB

KH Maimoen Zoebair, pengasuh pesantren Al-Anwar Sarang adalah tokoh yang teramat penting dalam sejarah perjalanan PPP. Terutama mengingat jejak Mbah Moen, panggilan KH Maimoen Zoebair ini mengawal PPP di masa transisi Orde Baru ke Orde Reformasi.

Saat Soeharto tumbang, era reformasi menuntut perubahan secara revolusioner di semua aspek kehidupan berbangsa. Termasuk merombak fusi partai menjadi multi partai. Dari tiga partai menjadi puluhan partai. 

Era reformasi, lahir banyak partai, termasuk partai-partai Islam. Diantaranya partai Islam yang lahir di awal era reformasi adalah PKB, PAN, PKS dan PBB. Tentu, ini tidak menguntungkan bagi PPP yang sejak tahun 1973 menjadi satu-satunya partai yang paling dominan mewakili kepentingan umat Islam.

Tumbangnya Orde Baru menghadirkan setidaknya dua hal. Pertama, adanya tuntutan untuk mengevaluasi terhadap semua produk kebijakan Orde Baru. PPP adalah bagian dari produk kebijakan Orde Baru. Semua yang berbau Orde Baru dicurigai, dan berupaya untuk dipinggirkan, disingkirkan, bahkan dilenyapkan. Kedua, terjadinya euforia massal untuk melahirkan antitesa terhadap Orde Baru.

Dua hal ini yang mengakibatkan PPP dihadapkan pada situasi yang cukup sulit. Karena mendapatkan stigma negatif, PPP secara massal ditinggalkan oleh para tokoh dan konstituennya. Di sinilah keistikamahan Mbah Moen mengambil peran teramat penting.

Mbah Moen istikamah di PPP di saat banyak ulama lain keluar dan bergabung ke partai lain. Warga NU ke PKB, Muhammadiyah ke PAN, basis Masumi ke PBB dan kelompok Islam militan ke PKS. 

Cukup banyak ulama dan tokoh keluar dan meninggalkan PPP. Tapi, Mbah Moen tetap istikamah di PPP dan "ngurip-ngurip" PPP. Kalau boleh berimajinasi, bagaimana nasib PPP jika Mbah Moen saat itu juga ikut meninggalkan PPP. Besar kemungkinan ada cerita lain dengan sejarah perjalanan PPP.

Seiring dengan berjalannya waktu, PPP dihadapkan pada berbagai dinamika di era reformasi. Terutama saat Presiden Jokowi berkuasa. Sebuah kekuasaan dengan strategi menyandera, khususnya sandera para ketua umum partai. PPP tidak lepas dari dinamika ini. 

Dalam situasi kekuasaan yang menggunakan "strategi sandera", PPP seringkali dihadapkan pada dilema. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kebijakan PPP dalam menentukan afiliasi politiknya. 

Dalam perjalanannya, tak jarang perahu PPP harus dibawa melaju melawan arus konstituennya. Adanya intervensi kekuasaan membuat PPP sering dipaksa kontra terhadap umat. Akibatnya, suara PPP terus tergerus.

Pemilu 2019, PPP hampir tidak masuk ke Senayan. Rumor yang berkembang, PPP dapat "syafa'at" dari penguasa sehingga masuk di Senayan. Pemilu 2024, PPP tak lagi bisa ditolong. Kehilangan banyak suara, PPP gagal masuk ke DPR RI. Ini kali pertama PPP tidak punya wakil di DPR RI.

Selain kontra konstituen, tiga hingga periode terakhir, internal PPP banyak dilanda kekisruhan. Kader satu sama lain saling menjatuhkan. Para elitnya saling jegal. Inilah yang kemudian membuat PPP semakin rapuh. Sampai akhirnya, Pemilu 2024 PPP harus mengucapkan selamat tinggal pada teman-temannya di DPR RI. PPP gagal masuk Senayan. 

Apakah kegagalan ini menyadarkan para elite PPP untuk menginsafinya, lalu kompak membangun strategi untuk bangkit kembali? 

Semangat membangun ada, tapi kompak gak ada. Masing-masing elite sibuk dengan agenda kepentingan politiknya masing-masing. Ya, itulah politik. Sampai di sini, publik melihat PPP saat ini adalah partai Islam yang penuh ironi.

Dalam situasi stagnan seperti ini, muncul inisiatif dari putra bungsu Mbah Moen, yaitu Gus Idror untuk menyatukan kembali PPP. Gus Idror sowan ke para sesepuh PPP. Meminta secara persoanal kepada mereka untuk bersatu. 

Kepada mereka, 12 Februari kemarin, semua elite PPP tanpa terkecuali, dimohon hadir oleh Gus Idror ke Pesantren Sarang Rembang. Di pesantren ini, semua dikumpulkan, bersilaturahmi dan doa bersama. 

"Ngalap Berkah Mbah Moen". Kira-kitra itu tujuannya. Harapannya, semua elite PPP kompak kembali, menanggalkan semua ego masing-masing, dan bergandengan tangan untuk menghidupkan PPP kembali. 

PPP yang susah payah dipertahankan dan diperjuangkan oleh Mbah Moen diharapkan untuk sama-sama dijaga, dirawat dan dibesarkan kembali.

Hadirnya berbagai tokoh dan elite PPP di Sarang kemarin,  membuktikan dua hal. Pertama, semua elite PPP masih punya semangat dan optimisme untuk menghidupkan, bahkan membesarkan kembali PPP. Kedua, ini bukti bahwa sosok Mbah Moen masih diingat dan diwarisi semangat juangnya oleh para elit dan kader PPP.

Diantara yang hadir adalah Plt Ketua Umum PPP yaitu Mardiono, Sekjen PPP Arwani Tomafy dan Muhammad Romahurmuziy.

Mereka yang hadir di acara Zikir dan Doa bersama di Pesantren Al-Anwar Sarang kemarin tentu punya agenda politiknya masing-masing. Apalagi jelang Muktamar PPP pasca lebaran Idul Fitri nanti. 

Namun setidaknya, ada harapan ke depan bahwa siapa pun yang terpilih dan mendapatkan amanah memimpin PPP, hendaknya bisa mengakomodir semua kelompok. Ini akan sedikit meminimalisir konflik di PPP yang selama ini tak pernah ada ujungnya.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa Mbah Moen merupakan sosok ulama yang cukup berhasil menjadi magnet bagi PPP, terutama pasca transisi reformasi. 

Artinya, keterlibatan keluarga Mbah Moen secara khusus, dan para ulama Sarang secara umum, ke depan cukup menguntungkan bagi PPP untuk menjaga konstituennya. Terutama di pulau Jawa dan wilayah Lampung. Banyak ulama Jawa dan juga Lampung lahir dari pesantren Sarang.

*Penulis adalah pengamat politik dan pemerhati bangsa.


Populer

Rektor UGM Ditantang Pamerkan Ijazah Jokowi

Selasa, 18 Maret 2025 | 04:53

Indonesia Dibayangi Utang Rp10 Ribu Triliun, Ekonom Desak Sri Mulyani Mundur

Jumat, 14 Maret 2025 | 12:40

KPK Kembali Panggil Pramugari Tamara Anggraeny

Kamis, 13 Maret 2025 | 13:52

Menag Masih Pelajari Kasus Pelarangan Ibadah di Bandung

Senin, 10 Maret 2025 | 20:00

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

KPK Didesak Segera Proses Laporan Dugaan Gratifikasi Gubernur Sumsel Herman Deru

Senin, 17 Maret 2025 | 14:09

Ekonom: Hary Tanoe Keliru Bedakan NCD dan ZCB

Kamis, 13 Maret 2025 | 19:53

UPDATE

Fraksi Gerindra: Revisi UU TNI Bentuk Adaptasi Pertahanan Modern

Kamis, 20 Maret 2025 | 16:01

Ini Keunggulan Bigbox AI dalam Menopang Bisnis

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:51

Kalah Kenceng dari Marquez, Bagnaia Ingin Pakai Settingan Motor Tahun Lalu

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:42

Dinamika Reformasi dan Tata Kelola Intelijen, Ini Tantangannya

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:37

Coretan Dinding Mahasiswa

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:23

Prajurit TNI Aktif Isi Jabatan Sipil, Kedaruratan atau Minim Kapasitas?

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:18

KPK Berhasil Lelang Barang Rampasan Rp42,35 Miliar

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:15

Cegah Saham Anjlok Lagi, Waka MPR Usul Penguatan Investor Institusional Domestik

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:14

The Fed Pangkas Proyeksi Pertumbuhan, Ekonomi AS Terancam?

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:07

Prabowo Ingin Ciptakan Kawasan Ekonomi Khusus di 38 Provinsi

Kamis, 20 Maret 2025 | 15:06

Selengkapnya