Presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa/Net
Percakapan melalui telepon berlangsung antara Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu, 12 Februari 2025.
Dalam pembicaraan tersebut, Presiden Suriah menekankan pentingnya hubungan erat antara kedua negara serta keterbukaan Suriah terhadap berbagai pihak dalam rangka menjaga kepentingan rakyatnya dan memperkuat stabilitas serta keamanan nasional.
"Hubungan strategis antara Suriah dan Rusia tetap kuat, dan Suriah terbuka terhadap semua pihak dengan tujuan melayani kepentingan rakyatnya serta memperkuat stabilitas dan keamanan negara," ujar al-Sharaa dalam pernyataan resmi, seperti dimuat
AFP.
Sementara itu, Kremlin mengonfirmasi bahwa panggilan tersebut merupakan komunikasi pertama antara kedua pemimpin sejak kejatuhan Bashar al-Assad tahun lalu.
Putin juga menyampaikan undangan resmi kepada Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, untuk mengunjungi Rusia dalam waktu dekat.
Moskow telah lama menjadi sekutu utama Suriah, terutama sejak intervensi militernya dalam perang saudara negara tersebut pada 2015.
Namun, kejatuhan rezim Bashar Al-Assad oleh pasukan oposisi Desember lalu telah menjadi pukulan bagi kebijakan luar negeri Rusia, yang kini berupaya mengamankan kepentingannya di negara itu.
Kremlin menegaskan kembali dukungan terhadap persatuan dan kedaulatan Suriah dalam panggilan tersebut.
"Pihak Rusia menekankan posisi berprinsipnya dalam mendukung persatuan, kedaulatan, dan integritas teritorial negara Suriah," demikian pernyataan Kremlin.
Rusia juga memiliki kepentingan strategis dalam mempertahankan dua pangkalan militernya di Suriah, yang kini menjadi lebih rentan setelah pergantian kepemimpinan.
Sejak naik ke tampuk kekuasaan, Al-Sharaa telah menyerukan evaluasi terhadap kebijakan Rusia di Suriah.
Dalam pembicaraan bulan lalu dengan pejabat Rusia, ia menekankan perlunya Moskow untuk mengatasi kesalahan masa lalu, merujuk pada keterlibatan Rusia dalam perang yang dilakukan oleh rezim Assad.
Ketegangan ini mencerminkan tantangan baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Meskipun Rusia berupaya menjaga pengaruhnya, kepemimpinan baru di Suriah tampaknya menginginkan hubungan yang lebih seimbang dan tidak hanya berpihak pada kepentingan Moskow.
Dengan pertemuan tingkat tinggi yang direncanakan dalam waktu dekat, masa depan hubungan Suriah-Rusia akan sangat bergantung pada bagaimana kedua negara dapat menavigasi dinamika politik baru yang berkembang setelah kejatuhan Assad.