Berita

Presiden Prabowo Subianto (Foto: Antara)

Bisnis

Prabowo Bersiap Reshuffle, IHSG Masih Merah di 6.648

SENIN, 10 FEBRUARI 2025 | 19:28 WIB | OLEH: ADE MULYANA

KINERJA suram akhirnya menjadi sentimen dan warna dominan pada jalannya sesi perdagangan awal pekan ini di Asia, Senin 10 Februari 2025. Adalah rilis data ketenaga kerjaan terkini AS yang dilakukan akhir pekan lalu yang kali ini menjadi sorotan investor. Laporan lebih jauh menyebutkan besaran serapan tenaga kerja, non-farm payroll (NFP) untuk Januari lalu yang hanya sebesar 143.000 atau jauh di bawah ekspektasi pasar di kisaran 170.000.

Catatan menunjukkan kinerja tersebut juga semakin terpaut jauh dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 307.000, di mana hal Ini sekaligus menandai warisan atau awal sangat buruk bagi pemerintahan Presiden Donald Trump. Meski data ini agak tertepis oleh turunnya tingkat pengangguran yang kini sebesar 4,0 persen, sikap pesimis pelaku pasar terlalu sulit dihindarkan.

Akibatnya, tekanan jual agresif mendera seluruh Indeks Wall Street dalam menutup sesi pekan lalu. Situasi ini kemudian menjadi bekal yang jauh dari bersahabat bagi sesi perdagangan awal pekan ini di Asia. Pantauan menunjukkan, jalannya sesi perdagangan di Asia yang sempat berjibaku dengan tekanan jual lanjutan. Sikap pesimis di Asia semakin kukuh akibat keputusan terkini pemerintahan Trump yang mengenakan tarif masuk atas produk baja dan aluminum dari semua negara sebesar 25 persen.


Sedikit beruntungnya, kabar positif datang dari China yang merilis kinerja inflasi periode Januari lalu yang sebesar 0,5 persen atau lebih tinggi dari ekspektasi yang sebesar 0,4 persen. China juga menyajikan data indeks harga produsen yang turun 2,3 persen atau penurunan lebih tajam dibanding ekspektasi di kisaran 2,1 persen.
Akibat dati rangkaian sentimen yang tersedia, sesi perdagangan di Asia akhirnya mampu beralih mixed.

Pantauan hingga penutupan sesi perdagangan memperlihatkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang berakhir flat alias naik sangat tipis 0,04 persen di 38.801,17, sementara Indeks KOSPI (Korea Selatan) juga flat atau turun sangat tipis 0,03 persen di 2.521,27 dan indeks ASX200 (Australia) terkikis 0,34 persen di 8.482,8. Bervariasi nya kinerja Indeks di Asia mencerminkan masih tersedianya tekanan jual yang mungkin berpotensi kembali bangkit di sesi perdagangan sepanjang pekan ini.

Sentimen dari masih belum positif nya sesi perdagangan di Asia kemudian menjadi landasan bertahannya tekanan jual di bursa saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah rontok curam dalam dua hari terakhir sesi perdagangan akhir pekan lalu kembali terhajar tekanan jual. Minimnya sentimen domestik, memaksa sikap pesimis pelaku pasar di Jakarta berlanjut.

Satu-satunya sentimen domestik yang tersedia kali ini datang dari kabar rencana reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Namun kabar tersebut hingga kini masih sekedar sinyal dan belum ada kejelasan.

Sikap pesimis akhirnya semakin kukuh untuk memerosokkan IHSG lebih dalam. IHSG terlihat konsisten menjejak zona merah di sepanjang sesi perdagangan pagi. Meski sempat berupaya mengikis penurunan, IHSG justru kembali menapak penurunan lebih tajam menjelang penutupan sesi pagi dengan sempat menembus level psikologisnya di 6.500 dengan meninju kisaran 6.585,98.

Situasi dan jalannya sesi perdagangan juga terkesan tak banyak beranjak pada sesi sore. IHSG kemudian menutup sesi awal pekan dengan merosot tajam 1,4 persen di 6.648,14. Pantauan rinci dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, kembali runtuh curamnya IHSG yang dikontribusi sangat signifikan oleh saham-saham sektor energi dan sektor infrastruktur.

Hal ini terlihat dari kinerja Indeks Saham sektor energi yang ambruk curam hingga kisaran 4,09 persen. Indeks sektor energi tercatat menutup sesi dengan ambruk 2,43 persen di 2.605,23. Sementara kinerja Indeks saham sektor infrastruktur, terjungkal lebih parah dengan berakhir  runtuh 3,09 persen di 1.351,31.

Pantauan juga menunjukkan, kinerja saham-saham unggulan yang tergabung dalam 20 saham BUMN terkemuka dan saham-saham dengan kinerja pemberi dividend terbesar yang kembali terhajar tekanan jual. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan juga kompak terseok di zona merah, seperti: BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, ADRO, ASII, TLKM, UNTR, ISAT, ICBP, SMGR, PTBA dan BBTN.

Meski demikian, empat saham unggulan tercatat mampu mengakhiri sesi dengan kenaikan: INDF, JPFA, PGAS dan UNVR.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya