Berita

Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping/Net

Bisnis

Perang Dagang Memanas, China Mulai Terapkan Tarif Balasan untuk Produk AS Hari Ini

SENIN, 10 FEBRUARI 2025 | 14:39 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

RMOL.  Pemerintah China resmi memberlakukan tarif tambahan terhadap sejumlah produk impor asal Amerika Serikat (AS) mulai Senin 10 Februari 2025.

Kebijakan ini merupakan respons atas langkah serupa yang sebelumnya diterapkan oleh AS terhadap barang-barang China.

Berdasarkan laporan Sputnik, China memberlakukan tarif tambahan yang sebesar 15 persen untuk impor batu bara dan gas alam cair (LNG), serta 10 persen untuk berbagai barang lainnya dari AS. Beberapa produk yang terdampak kebijakan ini juga mencakup minyak mentah, mesin pertanian, kendaraan berkapasitas besar, dan truk pikap.


Langkah ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menerapkan tarif baru terhadap impor dari China, Kanada, dan Meksiko. 

AS juga memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen pada barang-barang China, serta mencabut aturan de minimis yang sebelumnya membebaskan barang impor di bawah 800 Dolar AS (Rp13 juta) dari bea masuk.

Menanggapi kebijakan ini, Wakil Direktur International Institute for Marketing Research di Kementerian Perdagangan China, Bai Ming, menilai bahwa perang dagang antara kedua negara telah memasuki babak baru. 

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa tidak akan ada pihak yang benar-benar diuntungkan dari konflik tarif ini.

"Tidak akan ada pemenang dalam perang dagang dan tarif tersebut," katanya.

Ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini diperkirakan akan berdampak pada sektor bisnis dan ekonomi global. Pengamat memperkirakan bahwa tarif yang saling diberlakukan dapat mengganggu rantai pasok global serta memperlambat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara.

"Jadi, hal tadi yang saya sebutkan kebijakan tarif Trump, kebijakan tax, kebijakan tenaga kerja, ini mengakibatkan ketidakpastian di global. Akibatnya inflasi tadi akan lebih tinggi. Ekspektasi penurunan FFR ini tentunya berbeda-beda gitu ya. Sehingga kita akan lebih lambat dari perkiraan semula,"kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia Juli Budi Winantya saat ditemui di Banda Aceh.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya