Kerjasama pembangunan transportasi besar antara Pakistan dan Tiongkok senilai 349 juta dolar AS atau Rp5,6 triliun berujung gagal.
Bogie kereta impor yang dirancang untuk kecepatan tinggi ternyata tidak sesuai dengan rel yang ada, sehingga proyek tersebut terhenti.
Kesepakatan ini awalnya dipuji sebagai langkah penting dalam meningkatkan infrastruktur perkeretaapian Pakistan yang sudah tua.
Namun, laporan terbaru mengungkapkan bahwa bogie impor tidak dapat dipasang karena perbedaan spesifikasi desain dan lebar rel. Akibatnya, proyek yang seharusnya menjadi lompatan besar bagi transportasi Pakistan kini menghadapi ketidakpastian.
Seorang pengamat transportasi menyoroti permasalahan ini sebagai kegagalan koordinasi yang fatal.
"Bagaimana mungkin proyek sebesar ini disetujui tanpa mengevaluasi kesesuaian teknologi dengan infrastruktur lokal?" kata dia, seperti dikutip dari
Page3News pada Rabu, 5 Februari 2025.
Kegagalan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi dan pengawasan dalam pengadaan proyek bernilai tinggi. Beberapa kritikus menilai bahwa dana sebesar Rp5,6 triliun yang sangat dibutuhkan Pakistan di tengah krisis ekonomi, kini sia-sia.
“Ini menunjukkan kelemahan besar dalam perencanaan dan manajemen proyek. Seharusnya ada studi teknis menyeluruh sebelum melakukan pembelian,”* ujar seorang analis kebijakan publik.
Kementerian Perkeretaapian Pakistan telah berjanji untuk menyelidiki bagaimana kesalahan besar ini bisa terjadi. Namun, hingga kini belum ada solusi konkret yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut.
Sementara itu, pemerintah Pakistan yang sedang menghadapi tekanan keuangan semakin didesak untuk lebih bijak dalam mengalokasikan sumber daya.
Untuk saat ini, gerbong kereta yang mahal itu kemungkinan akan tetap terbengkalai, dan rencana modernisasi transportasi publik masih dalam ketidakpastian.
Kesepakatan yang seharusnya menjadi simbol kerja sama strategis antara Pakistan dan Tiongkok kini justru menjadi bukti kegagalan manajemen proyek yang dapat memberikan dampak luas pada sektor transportasi negara tersebut.