Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Koperasi sebagai Kekuatan Politik

Oleh: Suroto*
SENIN, 03 FEBRUARI 2025 | 12:42 WIB

SAUL D. Alinski, mentor pengorganisir komunitas hebat ini mengatakan bahwa kekuasaan itu sumbernya ada dua: uang dan orang. Orang tak berpunya menggunakan daging dan darahnya untuk mendapatkan kekuasaannya. Sementara orang kaya menggunakan uangnya untuk mempengaruhi orang (Alinski, 1971).

Dalam perspektif perebutan kekuasaan, ada yang menarik dengan modular yang dikembangkan oleh koperasi. Koperasi sebagai sebuah gerakan perubahan sosial untuk melawan sistem kapitalisme dari sejak awal dideklarasikan di kota Rochdale, Inggris 1844 silam, melakukan dua hal sekaligus,  mengumpulkan uang dan mobilisasi orang sekaligus.

Modus operandi kooperasi tersebut bisa jadi ancaman serius bagi sistem kapitalisme. Lebih bahaya lagi karena kooperasi menggunakan alat yang sama seperti yang dilakukan oleh kapitalisme, yaitu dengan mengembangkan perusahaan. Bedanya, perusahaan koperasi itu dari motif, tujuannya dan cara yang berbeda. 

Jika motif didirikannya korporasi kapitalis adalah untuk mengejar keuntungan bagi investornya, maka koperasi ditujukan untuk mengejar manfaat bagi semua orang yang terlibat di perusahaan. Jika tujuan korporasi kapitalis adalah untuk akumulasi keuntungan dan kekayaan, maka perusahaan koperasi, sebagaimana menjadi tujuan utamanya adalah untuk menciptakan keadilan ekonomi. 

Korporasi kapitalis, untuk merealisasikan tujuannya juga akhirnya berbeda dalam cara kerjanya, semua korporasi kapitalis membuat aturan agar semua orang mentaati model pembodohan sistem pembagian keuntungan, kepemilikan perusahaan, kontrol dengan didasarkan pada besarnya modal finansial yang disetorkan di perusahaan (capital-based association). Sementara koperasi melakukan pembagian keuntungannya secara adil dengan didasarkan pada besaran partisipasi setiap orang (people-based association) dalam berbagai komponen, baik itu modal finansial, partisipasi tenaga, pikiran dan juga transaksi lainya di perusahaan. 

Pioneer Rochdale, koperasi yang didirikan dan dikembangkan oleh  konsumen ini dari sejak awal memang telah menerapkan sistem keadilan tersebut.  Walaupun tujuannya bukan untuk berorientasi mengejar keuntungan, pembagian nilai lebih atau surplus yang dihasilkan dari toko yang mereka dirikan, miliki dan kendalikan bersama secara demokratis satu orang satu suara itu mereka bagi sesuai dengan besaran partisipasi belanja. Slogan mereka menjadi sangat terkenal: buy more, get more, belanja lebih banyak, mendapat bagian lebih banyak. 

Perbedaan mendasar itulah yang akhirnya membuat Mohammad Hatta mengambil kesimpulan bahwa koperasi itu sebagai lawan tanding kapitalisme secara fundamental (Hatta, 1951). Bahkan Internasional Cooperative Alliance (ICA) sebagai sebuah persekutuan organisasi koperasi tingkat dunia ini telah meletakkan satu tujuannya yang sangat tegas, yaitu mengganti rezim profit. 

Koperasi, sebagai organisasi yang melakukan mobilisasi modal finansial dan orang ini memang berbeda dengan korporasi kapitalis karena di koperasi itu modal finansial ditempatkan sebagai alat bantu orang untuk mencapai kesejahteraan bersama secara berkeadilan. Modal finansial di koperasi memang dibutuhkan, namun hanya sebagai alat bantu, dan bukan dijadikan sebagai alat penentu seperti dalam sistem korporat kapitalis. Koperasi disebut sebagai sebuah organisasi perubahan sosial memang ingin mengubah sistem kapitalisme secara mendasar.

Koperasi lahir pertama kali memang bukan di ruang hampa. Dideklarasikan pertama kali justru sebagai reaksi atas perangai sistem korporat kapitalis yang menindas. Di mana para pekerja korporasi kapitalis di kota Rochdale, Inggris waktu itu mereka bekerja hingga 18 jam. Gaji mereka sangat kecil, hanya 0,5 penny per minggu dengan lingkungan kerja yang sangat buruk (Thompson, 2012). Untuk alasan inilah maka koperasi di didirikan. 

Sebagai sebuah gerakan perubahan sosial memang kooperasi dalam praktiknya tidak mudah untuk mengembangkanya. Seperti Pioneer Rochdale misalnya, para buruh perintisnya itu karena gaji mereka di korporasi kapitalis tempat mereka bekerja sangat kecil maka harus menunggu selama 1 tahun hanya untuk mengumpulkan modal sebesar 28 poundsterling dari 28 buruh tersebut. 

Para pioneer Rochdale itu juga mereka harus bersusah payah untuk mendirikan toko. Awalnya hanya 5 jenis bahan pokok yang dijual seperti oatmeal, gandum, kacang, dan lilin. Buka hanya dua jam di malam hari jam 8-10 malam di hari sabtu.

Namun demikian, dikarenakan idenya yang jelas manfaat, dan juga karena semangat anti eksploitasi itulah maka pioneer Rochdale ini berkembang dan bahkan jadi inspirasi pengembangan koperasi jenis lain seperti koperasi kredit (credit union) yang dikembangkan oleh Schulze-Delizh dan Friedrich Wilhelm Raiffeisen di Jerman, dan koperasi di segala sektor di seluruh dunia. Dari layanan kebutuhan sehari hari hingga sektor industri, perdagangan, bahkan kebutuhan seperti listrik, rumah sakit dan lain sebagainya. 

Koperasi hari ini telah berkembang di 100 negara lebih, telah berhasil membangun persekutuan di tingkat internasional sejak 1895 dalam bentuk organisasi International Cooperative Alliance (ICA). Dari 300 koperasi besar kelas dunia hasilkan putaran bisnis sebesar 36 ribu triliun rupiah dan lain sebagainya (ICA, 2023). 

Kooperasi di dunia saat ini memang masih dihadapkan pada tantangan yang sama sejak didirikan pertama. Sebabnya sama, dikarenakan sistem neo kapitalisme, neo imperialisme serta neo kolonialisme memang masih tetap dihidupi. Namun demikian, praktik praktik terbaik di lapangan dapat terus menjadi kekuatan gerakan kooperasi untuk terus tumbuh dan satu saat, secara inkremental rezim profit memang dapat diganti. 

Untuk mengembangkan kooperasi ini memang tidak bisa dengan cara menunggu kebaikan hati siapapun, atau menunggu secara konsep dari para intelektual, namun harus dikembangkan secara sederhana oleh orang orang sederhana dengan menjawab masalah dan kebutuhan keseharian. Sebabnya jelas, koperasi ini memiliki dua ciri sekaligus, secara transenden ingin perjuangkan nilai nilai keadilan, persamaan dan demokrasi tapi juga harus mampu jawab kebutuhan imanen, keseharian. 

Korporasi kapitalis hari ini, adalah telah berubah menjadi sebagai organisasi politik yang riil. Mereka sangat kuat mempengaruhi ruang politik kebijakan negara, menghegemoni masyarakat yang lemah. Saya percaya, dengan disiplin ideologi yang kuat dari orang banyak dan juga kekuatan modal finansialnya akan mampu menjadi organisasi perubahan yang serius. Mimpi saya, jika anak anak muda yang gandrung akan perubahan dan mau pelajari kooperasi dan mempraktekannya di tempat tempat kerja, di lingkungan tempat tinggal maka keniscayaan itu dapat segera terwujud.

*Penulis adalah Direktur Cooperative Research Center (CRC) Institut Teknologi Keling Kumang, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES)


Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya