Berita

Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman saat berdialog dengan Kelompok Tani Bukik Baeh, Kampung Rumah Gadang, Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan V Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat/Ist

Politik

Teknik “Sawah Bapokok Murah”, Petani Hemat Biaya Sampai 50 Persen

KAMIS, 30 JANUARI 2025 | 16:22 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Teknik pertanian “Sawah Bapokok Murah” atau bertanam padi dengan modal murah efektif menghemat biaya yang harus dikeluarkan petani hingga 50 persen dibanding sistem konvensional.

Begitu dikatakan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman saat berdialog dengan Kelompok Tani Bukik Baeh, Kampung Rumah Gadang, Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan V Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Selain menghemat biaya, kata Alex, teknik itu juga efektif meningkatkan produksi sebesar 50 persen dari biasanya yang hanya 4 hingga 5 ton per hektar.


“Dengan teknik ini, produksi bisa mencapai angka 7 hingga 8 ton per hektare,” kata Alex yang juga Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat itu.

Soal penghematan biaya pertanian dengan teknik "sawah bapokok murah", juga diamini pembina Kelompok Tani Bukik Baeh, Ir. Djoni yang juga penemu teknik "sawah bapokok murah".

"Dengan mengaplikasikan teknik ini, petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pengolahan tanah," kata Djoni, Kamis 30 Januari 2025.

Selain itu, disampaikan Djoni, penggunaan pupuk kimia juga semakin sedikit. Karena, unsur hara telah dihasilkan dari jerami yang dilapukan pada hamparan sawah itu.

“Bila dinominalkan, biaya produksinya lebih murah 50 persen dari pada sawah konvensional,” tuturnya.

Diketahui, Petani Nagari Sungai Gayo Lumpo ini, telah berpengalaman dalam bersawah dengan metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT).

Program yang juga dikenal sebagai bagian dari Udara Bersih Indonesia (UBI) ini menawarkan cara bertani padi tanpa membakar jerami dan tanpa olah tanah intensif, namun tetap menghasilkan panen padi yang melimpah.

Tingginya komitmen pelestarian lingkungan petani di lokasi ini, Nagari Sungai Gayo Lumpo ini kemudian ditetapkan sebagai Kampung Proklim atau Program Komunitas Untuk Iklim, Kolaborasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya