Berita

Ratusan ribu penduduk diperintahkan untuk mengevakuasi diri imbas kebakaran hutan yang melanda wilayah Palisades dan Eaton di Los Angeles, California, Amerika Serikat/Foto Reuters

Bisnis

Kebakaran Los Angeles Membakar Habis Industri Asuransi

SENIN, 13 JANUARI 2025 | 08:31 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perusahaan asuransi di Amerika Serikat (AS) menghadapi kerugian hingga 20 miliar Dolar AS akibat kebakaran hutan Los Angeles, dua kali lipat dari estimasi awal. 

Para analis sedang mengevaluasi dampak finansial dari bencana tersebut. Namun, api yang terus menjalar membakar lebih banyak properti paling mewah di Hollywood membuat JPMorgan harus merevisi estimasi mereka.

Dikutip dari CNN Internasional, hingga Minggu pagi 11 Januari 2025 waktu setempat, kebakaran tersebut telah menghanguskan 14.117 hektar lahan dan baru terkendali 27 persen, menurut data dari Cal Fire. 

Pengamat ekonomi David E. Sumual mengatakan, bencana tersebut tentu menimbulkan dampak pada asuransi kerugian.

"Tentu ada dampak pada asuransi kerugian, walau saya tidak tahu persisnya berapa persen rumah di sana yang sudah dilengkapi klausul bencana kebakaran," katanya saat dihubungi oleh RMOL, Senin 13 Januari 2025. 

"Perusahaan asuransi juga melakukan reasuransi untuk memitigasi risiko," tambahnya. 

Kebakaran Eaton telah menghancurkan banyak rumah dan bisnis, menjadi salah satu bencana alam paling mahal dalam sejarah California, yang bertanggung jawab atas 11 dari kematian yang dilaporkan sejauh ini.

JPMorgan memperkirakan total kerugian ekonomi lebih dari 50 miliar Dolar AS jika kebakaran belum bisa kendalikan. 

Perusahaan asuransi besar menghadapi risiko yang signifikan, terutama yang mengkhususkan diri dalam properti mewah. Allstate, Travelers, dan Chubb termasuk di antara perusahaan asuransi yang paling rentan di California, dengan Chubb memiliki konsentrasi yang signifikan pada properti bernilai bersih tinggi.

Sektor reasuransi juga menghadapi risiko yang signifikan, dengan perusahaan seperti RenaissanceRe dan Arch Capital kemungkinan akan berbagi dalam pembayaran yang meningkat. Krisis ini semakin memperparah masalah pasar asuransi California yang sudah tegang. 

Beberapa perusahaan asuransi besar, termasuk Allstate dan State Farm, telah berhenti menerbitkan polis asuransi rumah baru di negara bagian tersebut, yang menunjukkan adanya kendala regulasi pada kenaikan premi. 

State Farm juga telah memutuskan untuk menghentikan pertanggungan untuk 72.000 properti, atau 69 persen dari polis asuransinya di wilayah Pacific Palisades, yang kini dilanda kebakaran hebat. 

Pembatasan pertanggungan ini telah memaksa banyak pemilik rumah untuk beralih ke Fair Plan yang didukung negara bagian California atau perusahaan asuransi "non-admission" yang kurang teregulasi. 

Fair Plan, dengan risiko kebakaran hutan sebesar hampir 6 miliar Dolar AS di wilayah Pacific Palisades saja, membatasi pertanggungan dengan hanya 3 juta Dolar AS per properti.

Kerusakan akibat bencana ini mengingatkan kembali dengan kebakaran hutan Camp Fire pada 2018 yang menyebabkan kerugian asuransi sebesar 10 miliar Dolar AS.

Pakar ekonomi Anthony Budiawan mengatakan, banyak pihak asuransi dunia yang terlibat.

"Pihak asuransi pasti akan rugi besar, bukan hanya perusahaan asuransi AS saja, tapi banyak pihak asuransi dunia yang terlibat, baik secara langsung maupun melalui reasuransi," jelas Anthony kepada RMOL.

Moody's Ratings, lembaga yang memberikan peringkat kredit terhadap kemampuan bayar utang sebuah negara atau lembaga, menyatakan bahwa mereka memperkirakan kerugian asuransi akan mencapai miliaran.

"Butuh waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk menentukan besarnya kerusakan yang diasuransikan, tetapi kebakaran hutan Los Angeles kemungkinan termasuk kebakaran hutan paling mahal dalam sejarah negara bagian," kata lembaga tersebut, dikutip dari Reuters. 

Sampai saat ini, pihak berwenang terus menyelidiki kemungkinan sumber penyulutan yang menyebabkan kebakaran besar ini.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya