Berita

Presiden Prancis Emmanuel Macron/Net

Dunia

Macron Dihujat Usai Sebut Afrika Lupa Bilang Terimakasih ke Prancis

RABU, 08 JANUARI 2025 | 09:53 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menghadapi kritikan setelah menyampaikan pernyataan kontroversial tentang Afrika. 

Macron menyebut Afrika lupa mengucapkan terima kasih atas pengerahan militer Prancis selama satu dekade untuk memerangi pemberontakan Islamis.

"Saya pikir mereka lupa mengucapkan terima kasih. Tidak masalah, itu akan terjadi seiring waktu,” kata Macron, seperti dimuat Daily Trust pada Rabu, 8 Januari 2025.

Prancis, di bawah presiden saat itu Francois Hollande, pada tahun 2013 memulai operasi militer di Mali dan wilayah Sahel untuk memerangi pemberontakan Islamis.

Lima puluh delapan tentara Prancis tewas dalam operasi tersebut, yang pertama kali dikenal sebagai Serval dan kemudian Barkhane.

Menurut Macron, Prancis telah melakukan hal benar dan berjasa dalam memerdekakan negara Afrika.

"Kami melakukan hal yang benar, katanya tentang pengerahan militer, seraya menambahkan bahwa tidak ada negara di kawasan Sahel yang akan berdaulat saat ini tanpa campur tangan itu," ujarnya.

Sayangnya kini banyak negara Afrika yang mengusir tentara Prancis, menyusul kudeta militer di Mali pada tahun 2020, diikuti oleh kudeta kedua pada tahun 2021, Burkina Faso pada tahun 2022, dan Niger pada tahun 2023 yang memaksa penarikan pasukan Prancis.

"Kami pergi karena ada kudeta, karena kami berada di sana atas permintaan negara-negara berdaulat yang meminta Prancis untuk datang. Prancis tidak lagi punya tempat di sana karena kami bukan asisten para pelaku kudeta," kata Macron. 

Presiden Chad Mahamat Idriss Deby Itno merasa tersinggung dengan perkataan Macron yang disebut telah menghina Afrika. 

"Ingin menyatakan kemarahan saya atas pernyataan yang berbatasan dengan penghinaan terhadap Afrika dan orang Afrika," ujarnya. 

Pada akhir November, Chad, yang menjadi tuan rumah pangkalan militer terakhir Paris di Sahel, mengakhiri perjanjian pertahanan dan keamanan yang menghubungkannya dengan bekas negara kolonial itu, dengan mengatakan bahwa perjanjian itu sudah tidak berlaku lagi.

Sekitar seribu personel militer Prancis ditempatkan di negara itu dan sedang dalam proses penarikan.

Pemimpin Chad menambahkan bahwa keputusan untuk mengakhiri perjanjian kerja sama militer dengan Prancis adalah sepenuhnya keputusan kedaulatan Chad. Tidak ada ambiguitas dalam hal ini.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Chad, Abderaman Koulamallah menyebut pernyataan Macron adalah penghinaan terhadap Afrika dan pemimpin Prancis itu harus belajar untuk menghormati orang Afrika.

Perdana Menteri Senegal Ousmane Sonko ikut mengecam Macron karena menyarankan negara-negara Afrika perlu menunjukkan rasa terima kasih kepada Prancis.

"Prancis tidak memiliki kapasitas maupun legitimasi untuk memastikan keamanan dan kedaulatan Afrika. Sebaliknya, hal itu sering kali berkontribusi terhadap ketidakstabilan negara-negara Afrika tertentu seperti Libya dengan konsekuensi bencana bagi stabilitas dan keamanan Sahel,” kata dia.

Senegal mengumumkan akhir tahun lalu bahwa semua kehadiran militer Prancis dan asing di wilayahnya akan berakhir pada tahun 2025.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya