Berita

Ilustrasi (Foto: cnbc.com)

Bisnis

Stimulus China Masih Omon-Omon, IHSG Merah Usai Natal

JUMAT, 27 DESEMBER 2024 | 16:21 WIB | OLEH: ADE MULYANA

SESI perdagangan di ujung tahun terkesan kian sepi. Di tengah kesibukan investor menatap libur panjang tahun baru, kinerja Indeks akhirnya sulit mencetak gerak tajam. Sementara laporan dari sesi perdagangan di Wall Street memperlihatkan, pola gerak Indeks yang tak jauh berbeda dan bahkan terlihat lebih lesu dengan menutup sesi nyaris flat.

Indeks DJIA tercatat berakhir naik sangat tipis 0,07 persen di 43.325,8, sementara indeks S&P500 turun sangat tipis 0,04 persen di 6.037,59 serta Indeks Nasdaq yang berakhir turun tipis 0,05 persen di 20.020,36. Gerak mixed dan di rentang sangat tipis alias nyaris flat mencerminkan betapa sepinya sesi perdagangan di Wall Street usai perayaan Natal.

Situasi sedikit hangat terlihat di bursa saham Asia, di mana pelaku pasar mendapatkan suntikan sentimen regional dari China dan Jepang. Laporan menyebutkan, pihak otoritas China yang merilis tingkat profit industri untuk periode November lalu yang turun sebesar 7,3 persen. Catatan menunjukkan, kinerja turun kali ini yang merupakan bulan keempat secara beruntun untuk sekaligus menggaris bawahi kesuraman perekonomian China yang masih jauh dari pulih.


Sementara kembalinya Trump ke Gedung Putih kian dekat, dan kebijakan proteksionis yang akan semakin menyiksa produk ekspor China, rilis kinerja perekonomian China ini seakan memberikan sinyal sangat mengkhawatirkan. Pada sisi lain, ekspektasi pada kebijakan stimulus oleh pemerintahan Xi Jinping terlihat masih belum berdampak pada membaiknya perekonomian China.

Situasi ini mengingatkan kesan, seolah paket stimulus yang digencarkan pemerintahan Xi Jinping masih sekedar Omon-Omon. Namun kabar baiknya, sebagian besar investor di Asia masih belum terlalu menaruh curiga pada kekhawatiran ini. Gerak positif Indeks akhirnya mampu dibukukan, terlebih pada bursa saham Jepang di mana investor mendapatkan suntikan sentimen dari rilis data inflasi terkini yang lumayan menghibur. Inflasi di Tokyo, yang merupakan standard bagi inflasi nasional Jepang dilaporkan sebesar 3 persen atau lebih tinggi dari sebelumnya yang di kisaran 2,6 persen.

Rilis tersebut mampu dimaksimalkan investor dengan melonjak kan Indeks Nikkei secara tajam. Indeks Nikkei tercatat menutup sesi dengan malompat 1,8 persen setelah berakhir di 40.281,16. Sementara pada bursa saham Australia, Indeks ASX200 tercatat menutup dengan naik 0,5 persen di 8.261,8. Dan Indeks KOSPI (Korea Selatan) yang berakhir runtuh tajam 1,02 persen di 2.404,77.

Laporan dari jalannya sesi perdagangan di Jepang juga memperlihatkan, kinerja saham perusahaan pabrikan otomotif Nissan yang berbalik runtuh hingga 8 persen usai melambung brutal pada beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya. Laporan menyebutkan, pernyataan Carlos Gohsn, mantan CEO tersukses Nissan yang berhasil melarikan diri dari Jepang beberapa tahun lalu, yang menyebut bahwa aksi merger Nissan dengan Honda akan membuat Nissan cenderung sebagai korban, membuat pelaku pasar berbalik menggelar tekanan jual pada saham tersebut.

Sementara pada bursa saham Korea Selatan, gejolak politik yang justru semakin mendalam usai impeachment terhadap Presiden Yoon beberapa waktu lalu hingga memaksa pelaku pasar kembali terseret dalam kepanikan.

Dengan kepungan sentimen regional yang tak terlalu meyakinkan tersebut, sesi perdagangan di Jakarta terpaksa  berjalan lesu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau mampu mengawali sesi pagi dengan gerak positif meski dalam rentang terbatas. Namun secara perlahan kinerja IHSG beralih merah dan konsisten melemah di rentang moderat hingga di ujung sesi sore.

IHSG kemudian menutup sesi sore dengan merosot  0,41 persen di 7.036,57. Kinerja lesu IHSG juga tercermin pada pola gerak saham unggulan yang bervariasi dan cenderung sulit mencetak gerak tajam. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan berhasil bertahan positif, seperti: BMRI, TLKM, BBCA, ADRO, ASII, UNTR, SMGR, PTBA, ISAT dan PGAS.

Sedangkan sejumlah saham unggulan lain kembali terhenti di zona merah, seperti: BBRI, BBNI, dan ICBP.

Tinjauan RMOL menunjukkan, sikap pelaku pasar di Jakarta yang cenderung mengikuti tren global dengan lebih sibuk menjalani libur panjang menyambut tahun baru hingga sesi perdagangan saham terlihat kian sepi.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya