Berita

Salah satu lukisan karya Yos Suprapto/Ist

Nusantara

Kontroversi Lukisan Yos Suprapto Sadarkan Bangsa Soal Nilai Karya Seni

KAMIS, 26 DESEMBER 2024 | 21:47 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Kontroversi terkait pameran lukisan karya Yos Suprapto yang hingga saat ini masih menjadi pembicaraan membuktikan jika karya seni memiliki tempat yang sangat penting dalam kehidupan. Perannya sangat sentral menjadi diskursus politik yang juga mencakup berbagai hal mulai dari kritik bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Demikian disampaikan Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (Madya) Jhohannes Marbun dalam keterangan tertulisnya kepada redaksi, Kamis, 26 Desember 2024.

“Melalui kontroversi tersebut, kita sama-sama disadarkan pentingnya seni dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk berdampak positif bagi kebebasan berekspresi maupun kesejahteraan seniman, tidak sekedar diskursus politik,” katanya.


Soal polemik lusikan yang dipamerkan di galeri nasional, Jhohannes memberi beberapa catatan. Pertama, masing-masing pihak yang terlibat baik kurator, perupa maupun pihak galeri nasional harus tunduk terhadap aturan masing-masing.

“Termasuk bisa bersepakat untuk tidak sepakat dengan tetap saling menghargai keputusan masing-masing,” katanya.

Kedua, soal strategi marketing atau pemasaran dalam meningkatkan eskalasi dan diskursus mengenai materi pamer yang berujung pada atensi publik terhadap karya itu sendiri hingga memunculkan keinginan untuk memiliki karya dari si perupa.

“Harapannya dengan polemik ini, tumbuh kesadaran terhadap pentingnya posisi seni dan kesenian dan kebudayaan dalam kehidupan bermasayarat. Tidak hanya sebagai bahan ‘gorengan’ politik semata yang tidak berdampak  bagi ekosistem kesenian itu sendiri,” ungkapnya.

Sedangkan soal ketiga, mengenai tempat dan tema. Jika karya itu tidak sesuai dengan tema yang ada maupun visi yang diusung oleh pemilik tempat pameran, maka ini tidak akan terjadi pameran yang diharapkan. Pun begitu, ruang pameran menurutnya tidak hanya di galeri nasional, banyak tempat lain untuk menjadi ruang pamer. 

“Ruang pamer itu tidak hanya galeri nasional, banyak tempat lain seperti balai budaya artpreneur, bentara atau tempat pameran lainnya. Jadi istilah 'pembredelan' tidak tepat, yang terkesan ada intervensi sepihak terhadap ruang-ruang seni yang ada,” pungkasnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya