Berita

Presiden Prabowo Subianto/Tangkapan layar

Publika

Prabowo Harus Mencabut Seruan Penghematan karena Bisa Menular, Ekonomi Bisa Terhenti

KAMIS, 26 DESEMBER 2024 | 17:16 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

SERUAN penghematan Presiden Prabowo itu agak membahayakan karena bisa disalahartikan oleh semua anak buahnya. Ada kekhawatiran kalau ketemu anak buah Prabowo, mereka akan punya alasan bilang hemat mas, jangan sering sering ngopi!

Karena bagi orang kaya, kata hemat itu berarti pangkal lebih kaya. Namun kalau orang miskin, mendengarkan orang hemat, maka akan dikatakan orang pelit atau medit.

Padahal sejak reformasi aktivitas ngobrol-ngobrol di warung kopi, diskusi di kampus-kampus, seminar LSM/NGO, bahkan Meok (makan enak omong kosong) dengan teman-teman aktivis di semua tingkatan merupakan penyumbang besar ekonomi Indonesia.

Lagi pula hal seperti ini selalu menambah kebahagiaan orang Indonesia. Pepatah mangan ora mangan asal kumpul itu bukan statement biasa, itu adalah teori ekonomi yang hebat.

Dalam dua dekade terakhir ekonomi Indonesia itu sebagian besar ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Tidak main-main, antara 50-60 persen dari total GDP. Itulah mengapa PPN yang akan mengeruk sektor konsumsi menimbulkan kekhawatiran. Sehingga dorongan untuk belanja selalu menjadi usaha utama pemerintah untuk tetap mempertahankan pertumbuhan yang baik.

Sebagaimana baru-baru ini Bank Dunia dan IMF juga telah mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi 5,1 persen itu bisa terjadi dengan prasyarat belanja masyarakat tetap dipertahankan kuat, konsumsi tetap bagus dan meningkat, belanja pemerintah tetap efektif, belanja perusahaan tetap bergairah. Tanpa kondisi tersebut, mustahil pertumbuhan ekonomi 5,1 persen dapat tercapai.

Jadi sebenarnya ide melakukan penghematan itu dari pembisik negara mana? Atau jangan-jangan pak Presiden Prabowo salah dengar. Karena dalam situasi ekonomi lesu darah sekarang, seharusnya belanja negara tetap dilonggarkan dengan prasyarat tetap transparan, terbuka, akuntabel, sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan tidak banyak dikorupsi.

Seng penting adalah jangan belanja pemerintah di-markup untuk diambil selisihnya yang besar untuk diri sendiri, lalu ditimbun di rumah, seperti makelar Kejaksaan Agung sampai menimbun 1 triliun di rumah. Buat apa coba?

Selain itu Prabowo juga perlu menyerukan pelonggaran belanja secara bertanggung jawab kepada semua perusahaan BUMN. Ini dikarenakan total pendapatan BUMN secara keseluruhan mencapai Rp3.200 triliun.

Jika mereka melakukan banyak pelonggaran dengan belanja di dalam negeri, maka akan dapat menimbulkan getaran atau letupan yang sama dengan belanja pemerintah. Boleh saja  gaji pejabat BUMN yang diperbesar namun itu buat diri mereka sendiri. Bagi ekonomi belanja BUMN itu yang harus diperbesar dan dilonggarkan.

Sementara sektor swasta pun demikian, terutama mereka yang berorientasi ekspor komoditas. Pemerintah harus sekuat tenaga mereka didorong belanja di dalam negeri. Kalau mereka tetap pelit dan menimbun uang di luar negeri dan tidak memakainya untuk belanja di dalam negeri, maka izin tambangnya, sawitnya, izin migasnya dicabut saja.

Orang pelit seperti itu tidak ada gunanya bagi bangsa dan negara Indonesia merdeka.

Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya