Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani dalam Forum Kemitraan Investasi pada Kamis 12 Desember 2024/Tangkapan Layar
Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam ekspor nasional dinilai masih tergolong rendah, meski UMKM menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Hal tersebut dikatakan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani dalam Forum Kemitraan Investasi pada Kamis 12 Desember 2024.
"Seperti kita ketahui UMKM adalah tulang punggung perekonomian kita, (namun) kontribusi kepada ekspor memang relatif masih kurang optimal, masih 16 persen," kata Rosan, dalam siaran YouTube Kementerian Investasi dan Hilirisasi.
Dalam hal ini, Rosan menjelaskan bahwa UMKM menjadi penopang ekonomi RI, dengan berkontribusi lebih 60 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), dan menyerap tenaga kerja hingga 97 persen dari total pekerja di dalam negeri.
Untuk itu, ia mengatakan UMKM memiliki potensi besar untuk terus berkembang, terutama dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar internasional.
"Tentu kami akan terus mendorong agar peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, termasuk kontribusinya di sektor ekspor," tambahnya.
Rosan menegaskan bahwa BKPM terus menjadikan penguatan peran UMKM sebagai prioritas kebijakan. Hal ini diwujudkan melalui upaya peningkatan produktivitas pelaku UMKM, kolaborasi antar kementerian, serta integrasi kebijakan dengan pihak terkait.
"Kehadiran Wakil Menteri UMKM (Helvi Yuni Moriza) hari ini sangat penting, karena kita harapkan kolaborasi dan sinergi antara Kementerian Investasi dan Kementerian UMKM untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional," jelas Rosan.
Rosan memaparkan bahwa hingga saat ini, total investasi yang terealisasi mencapai Rp1.261,43 triliun, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,87 juta orang, tumbuh hampir 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara data penerbitan Nomor Induk Berusaha (NIB) menunjukkan adanya dominasi dari pelaku UMKM.
"Sejak peluncuran OSS per 10 Desember 2024, jumlah NIB yang tercatat mencapai 11,37 juta, di mana lebih dari 99 persen di antaranya merupakan UMKM," ungkap Rosan.
Untuk itu, Rosan menegaskan investasi yang masuk ke Indonesia harus memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan UMKM di seluruh wilayah. Hal ini dinilai penting untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional serta meningkatkan daya saing produk lokal.