Berita

Palang Merah Indonesia (PMI)/Net

Publika

Menjaga Marwah PMI

Oleh: Rasminto*
SENIN, 09 DESEMBER 2024 | 10:50 WIB

PALANG Merah Indonesia (PMI) telah lama menjadi simbol kemanusiaan dan tumpuan harapan masyarakat Indonesia dalam menghadapi situasi darurat. 

Sebagai organisasi kemanusiaan terbesar di Indonesia, PMI tidak hanya mewakili kemampuan untuk memberikan bantuan fisik tetapi juga menegaskan nilai-nilai luhur seperti solidaritas, netralitas, dan kesukarelaan masyarakat Indonesia. 

Namun, pada perjalanan Musyawarah Nasional (Munas) XXII PMI yang akan diselenggarakan pada 8-10 Desember 2024, ancaman intrik dan politik uang mencuat, berpotensi mencederai integritas organisasi yang selama ini menjadi landasan kepercayaan masyarakat. 

Tantangan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga marwah PMI di tengah dinamika politik internal yang makin kompleks.

Intrik yang melibatkan kebocoran dokumen strategis menjadi sorotan utama dalam perjalanan Munas XXII PMI. 

Dokumen-dokumen rahasia termasuk data pribadi pengurus daerah, yang seharusnya menjadi panduan internal organisasi dan sarana membangun kolektifitas, kini bocor dan digunakan sebagai alat politik untuk mendukung atau menjatuhkan kandidat tertentu. 

Fenomena ini mencerminkan adanya kegagalan dalam menjaga nilai-nilai etis yang seharusnya menjadi fondasi PMI. 

Joan Poliner Shapiro dan Jacqueline A. Stefkovich (Ethical Leadership and Decision Making in Education, 2017), menegaskan bahwa kepemimpinan etis harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai moral, keadilan, dan akuntabilitas untuk menjaga keberlanjutan organisasi. 

Sehingga, dalam konteks PMI, membangun kembali integritas organisasi menjadi langkah utama untuk memastikan bahwa kepercayaan masyarakat harus tetap terjaga.

Selain intrik, politik uang menjadi ancaman nyata yang mencoreng nilai-nilai luhur PMI. Pemanfaatan kekuatan finansial untuk memengaruhi hasil pemilihan ketua umum merupakan bentuk manipulasi yang tidak hanya mengikis keadilan, tetapi juga berpotensi merusak kredibilitas organisasi. 

Menurut Deborah L. Rhode, (Moral Leadership: The Theory and Practice of Power, Judgment and Policy, 2006), menekankan bahwa pemimpin bermoral harus mampu menjauhkan diri dari pengaruh uang dan kekuasaan yang dapat merusak misi kolektif organisasi. 

Politik uang bertentangan dengan esensi PMI sebagai organisasi yang berdiri di atas nilai solidaritas dan independensi. 

Pemimpin yang terpilih melalui cara-cara ini tidak hanya mengkhianati semangat kemanusiaan, tetapi juga akan mereduksi PMI dalam menjalankan misinya secara netral dan profesional.

Ancaman lainnya muncul ketika jabatan strategis dalam organisasi dijadikan alat tawar-menawar politik. 

Janji pemberian jabatan untuk menggalang dukungan menciptakan ekosistem manipulatif yang merusak esensi jabatan sebagai amanah. 

Hal tersebut, diperkuat konsep kepemimpinan efektif yang digagas oleh Gary Yukl (Leadership in Organizations, 2013), ia menegaskan bahwa kepemimpinan yang efektif ialah yang mampu membangun kepercayaan melalui keadilan dan transparansi, bukan melalui taktik manipulatif. 

Jabatan strategis harus dipandang sebagai tanggung jawab besar untuk melayani masyarakat, bukan sebagai komoditas politik yang diperjualbelikan. 

Kepemimpinan yang berdasarkan nilai-nilai pelayanan dan tanggung jawab moral merupakan inti dari keberhasilan misi PMI sebagai organisasi kemanusiaan terbesar di Indonesia.

Munas XXII juga menjadi momen strategis untuk merefleksikan peran PMI dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah godaan kekuasaan dan ambisi pribadi. 

Pada situasi ini, seluruh elemen PMI harus bersatu melawan berbagai praktik yang dapat mencoreng reputasi organisasi. 

Komitmen kolektif diperlukan untuk memastikan bahwa PMI tetap menjadi institusi yang bersih, transparan, dan berorientasi pada pelayanan masyarakat. 

Mengembalikan integritas PMI merupakan langkah yang mendesak, terutama dalam era di mana kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga kemanusiaan semakin menjadi isu kritis.

Integritas, transparansi, dan keadilan harus menjadi pilar utama dalam menghadapi tantangan semacam ini. 

Nilai-nilai tersebut tidak hanya berfungsi sebagai landasan moral organisasi, tetapi juga sebagai panduan dalam setiap pengambilan keputusan. 

Jika nilai-nilai ini dilanggar, PMI berisiko kehilangan kredibilitasnya sebagai organisasi yang netral dan bebas dari kepentingan politik. 

Karena itu, menjaga marwah PMI bukan hanya soal mempertahankan reputasi, tetapi juga memastikan bahwa organisasi  PMI tetap mampu menjalankan misinya dengan baik.

Kepemimpinan yang kuat dan berintegritas menjadi kunci dalam menghadapi situasi ini, termasuk para pemangku kepentingan di tingkat lokal. 

Sehingga, nilai-nilai luhurnya dapat menjadi benteng yang memproteksi segala bentuk intrik dan manipulasi. 

Sebab, kepemimpinan yang berlandaskan etika dan pelayanan merupakan elemen penting yang dapat membimbing organisasi menuju masa depan yang lebih baik. 

Melalui nilai-nilai luhur kemanusiaan di atas kepentingan pribadi, para pemimpin PMI dapat memulihkan kepercayaan publik dan memastikan keberlanjutan misi organisasi.

Pada intinya, tantangan yang dihadapi PMI dalam Munas XXII merupakan ujian bagi seluruh elemen organisasi untuk memilih jalan yang benar. 

Intrik dan politik uang tidak boleh dibiarkan menguasai organisasi yang selama ini menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan. 

Masyarakat Indonesia membutuhkan PMI sebagai institusi yang dapat diandalkan di saat-saat paling kritis. Oleh karena itu, setiap langkah yang diambil harus didasarkan pada semangat solidaritas, kejujuran, dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan.

Menjaga marwah PMI bukan hanya tanggung jawab para pemimpin organisasi PMI, tetapi juga seluruh elemen yang ada di dalamnya. 

Sebagai simbol harapan bagi masyarakat Indonesia, PMI harus terus memperjuangkan integritasnya di tengah derasnya tantangan. 

Hanya dengan memperkuat budaya etis dan menolak segala bentuk penyimpangan, PMI dapat terus menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dan mempertahankan marwahnya sebagai penjaga solidaritas dan kemanusiaan.


*Penulis adalah Akademisi dan Pengurus PMI Kota Jakarta Timur

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Buntut Pungli ke WN China, Menteri Imipas Copot Pejabat Imigrasi di Bandara Soetta

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:25

Aero India 2025 Siap Digelar, Ajang Unjuk Prestasi Dirgantara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:17

Heboh Rupiah Rp8.100 per Dolar AS, BI Buka Suara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 19:13

Asas Dominus Litis, Hati-hati Bisa Disalahgunakan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:35

Harga CPO Menguat Nyaris 2 Persen Selama Sepekan

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:18

Pramono: Saya Penganut Monogami Tulen

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:10

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Vihara Amurva Bhumi Menang Kasasi, Menhut: Kado Terbaik Imlek dari Negara

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:45

Komisi VI Sepakati RUU BUMN Dibawa ke Paripurna

Sabtu, 01 Februari 2025 | 17:11

Eddy Soeparno Gandeng FPCI Dukung Diplomasi Iklim Presiden Prabowo

Sabtu, 01 Februari 2025 | 16:40

Selengkapnya