Ilustrasi (Foto: Reuters.com)
SENTIMEN gembira dari sesi perdagangan di Wall Street terkesan mandul dan tak mampu menjalar di Asia. Laporan dari jalannya sesi perdagangan di Asia menunjukkan, kinerja Indeks yang masih mixed dengan kecenderungan berada di rentang sempit, seiring dengan keraguan investor dalam menyikapi serangkaian perkembangan domestik.
Laporan sebelumnya menyebutkan, kinerja indeks Wall Street yang kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan Indeks DJIA melonjak 0,69 persen setelah menutup di 45.014,04, sementara indeks S&P500 menanjak 0,61 persen di 6.086,49 dan indeks Nasdaq yang melambung 1,3 persen di 19.735,12. Pelaku pasar di Wall Street terlihat mencoba mengantisipasi rilis data ketenaga kerjaan terkini AS dengan optimis.
Sentimen lain datang dari pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell yang mengklaim dirinya tidak khawatir dengan independensi Bank Sentral di bawah Presiden Donald Trump kelak. Namun rangkaian sikap optimis di Wall Street kesulitan untuk berlanjut di Asia. Hingga sesi perdagangan hari keempat pekan ini, Kamis 5 Desember 2024 ditutup, nyaris seluruh Indeks di Asia masih terjebak di rentang moderat.
Indeks Nikkei (Jepang) menguat 0,3 persen di 39.395,6, sedang indeks KOSPI (Korea Selatan) kembali menurun tajam 0,9 persen di 2.441,85, dan indeks ASX200 (Australia) naik moderat 0,15 persen di 8.474,9. Pelaku pasar terlihat lebih terarah perhatiannya pada perkembangan domestik. Terlebih pada bursa saham Korea Selatan, di mana sentimen pergolakan politik masih jauh dari reda.
Situasi ragu yang mendera bursa saham Asia membuat pelaku pasar di Jakarta mendapatkan momentum untuk merealisasikan potensi teknikal menyusul lonjakan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam dua hari perdagangan sebelumnya. Gerak balik penurunan sejumlah saham unggulan sulit dielakkan, hingga menghantarkan IHSG jatuh di zona merah.
Pantauan memperlihatkan, IHSG yang sempat berupaya menjejak zona penguatan tipis di awal sesi perdagangan pagi, namun dengan mudah beralih ke zona pelemahan hingga sesi perdagangan sore berakhir. IHSG kemudian konsisten menapak zona merah dan mencoba mengikis pelemahan menjelang sesi perdagangan ditutup. IHSG akhirnya menutup sesi dengan turun tipis 0,18 persen di 7.313,31.
Kinerja sejumlah saham unggulan kembali terseok di zona merah, seperti: BBRI, BMRI, ADRO, TLKM, BBNI, ITMG, ASII, ISAT, SMGR serta PGAS. Sedangkan saham BBCA, ICBP, INDF, JPFA dan PTBA mampu menutup di zona hijau. Pantauan juga menunjukkan, jalannya sesi perdagangan yang diwarnai oleh IPO saham AADI (Adaro Andalan Indonesia) yang merupakan anal usaha dari Adaro (ADRO). AADI yang di masa penawaran diklaim mengalami oversubscribed hingga 7,38 kali, melonjak tajam 19,81 persen di Rp6.650.
Sejumlah kalangan menilai saham AADI yang dilepas terlalu murah hingga banyak investor tertarik memburunya. Sementara catatan RMOL memperlihatkan, gerak harga AADI yang stabil di Rp6.650 di sepanjang sesi perdagangan dengan volume penjualan hanya sebesar 4.591 lot. Investor yang telah mendapatkan saham terlihat enggan melepas, hal ini terlihat dari kosongnya penawaran jual. Sementara pada sisi permintaan beli, terdapat antrean hingga 5,26 juta lot di harga Rp6.650.