Ilustrasi (Foto: reuters.com)
SETELAH sentimen ancaman kebijakan proteksionis Presiden terpilih AS Donald Trump terus mengurung, investor di Asia nampaknya harus kembali bergulat dengan sentimen suram dari kinerja perekonomian China.
Laporan terkini dari otoritas di Beijing menunjukkan, tingkat profit industri di negeri dengan perekonomian terbesar Asia itu yang turun 10 persen untuk Oktober lalu.
Laporan ini sekaligus menggaris bawahi kekhawatiran pelaku pasar sebelumnya menyangkut kelesuan China yang berkepanjangan.
Lebih jauh disebut penurunan tingkat profit industri China yang telah berlangsung tiga bulan terakhir secara beruntun. Hal ini sekaligus menandai serangkaian langkah yang diambil pemerintahan Xi Jinping belum memberikan dampak nyata.
Kekhawatiran akhirnya kian tumbuh, namun sebagian pelaku pasar mencoba menepis dalam taraf tertentu. Tekanan jual masih terus membayangi sesi perdagangan hari keempat pekan ini di Asia, Kamis 28 November 2024, namun untuk sebagian masih mampu terimbangi oleh upaya investor bertahan optimis. Gerak indeks di rentang terbatas, akhirnya sulit dihindarkan di seluruh bursa saham Asia.
Hingga sesi perdagangan ditutup, Indeks Nikkei (Jepang) menanjak 0,56 persen di 38.349,06, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) naik tipis 0,06 persen di 2.504,67, dan indeks ASX200 (Australia) menguat 0,45 persen di 8.444,3. Laporan lain juga menyebutkan, jalannya sesi perdagangan di Asia kali ini yang diwarnai kejutan dari Korea Selatan, di mana pihak Bank Sentral Korea tiba-tiba memangkas suku bunga sebesar 0,25 persen. Namun respon pelaku pasar di Seoul terlihat tak terlalu menyambut kejutan tersebut.
Sesi perdagangan yang tak terlalu suram di Asia, justru gagal dipertahankan di bursa saham Indonesia. Investor di Jakarta terkesan lebih terfokus perhatian nya pada sesi perdagangan di Wall Street yang sebelumnya berakhir merah. Sebagaimana diketahui, pelaku pasar di bursa Wall Street yang sedikit melakukan aksi profit taking usai keberhasilan mencetak rekor tertinggi Indeks DJIA. Situasi ini nampaknya menjadikan investor di Jakarta kesulitan mengikuti irama hijaunya Indeks di Asia.
Pantauan menunjukkan, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang konsisten menapak zona merah di sepanjang sesi hari ini. IHSG terpantau sempat berupaya mengikis penurunan di pertengahan sesi sore, namun di penutupan sesi dengan cepat berbalik merosot lebih tajam 0,63 persen dengan berakhir di 7.200,15.
Pantauan lebih jauh menunjukkan, kinerja saham unggulan yang bervariasi. Sejumlah besar saham unggulan yang sempat tergelincir merah mampu beralih positif di sesi sore. Namun kinerja IHSG terlihat sulit keluar dari zona merah. Diantara saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan kembali terhajar turun, seperti: BBRI, ASII, UNTR, ADRO, ISAT, ITMG serta ICBP. Sedangkan saham unggulan lain tercatat mampu beralih ko zona hijau, seperti: BMRI, TLKM, BBNI, SMGR serta UNVR.
Pelaku pasar di Jakarta kini diyakini berharap pada rilis data inflasi bulanan pada pekan depan untuk setidaknya menghindarkan IHSG dari penurunan lebih lanjut.