Berita

Peta Kashmir

Dunia

Wilayah Kashmir yang Dikuasai Pakistan Semakin Ingin Bergabung dengan India

SABTU, 23 NOVEMBER 2024 | 01:30 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Wilayah Kashmir yang diokupasi Pakistan (POK) yang disebut Azad Kashmir atau Kashmir Bebas tidak mengalami kemajuan seperti wilayah Jammu Kashmir di India. 

walau disebut dikelola sebagai wilayah semi-otonom dengan presiden dan majelis legislatif sendiri, namun Azad Kashmir hanya merasakan sedikit otonomi dan mengalami marginalisasi politik, pengabaian ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Infrastruktur wilayah itu juga masih terbelakang, dan fasilitas dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja sangat kurang.

Sementara itu setiap perbedaan pendapat politik atau tuntutan untuk otonomi yang lebih besar sering kali ditanggapi dengan tindakan keras oleh negara Pakistan.


BrighterKashmir.com melaporkan, dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan nyata dalam sentimen masyarakat yang tinggal di POK. Mereka kecewa pada janji-janji Pakistan yang tidak ditepati dan kebijakan-kebijakan yang menindas. 

Banyak orang di Azad Kashmir mulai menyuarakan keinginan berintegrasi dengan India. Beberapa faktor telah berkontribusi terhadap perubahan sentimen ini.

Pertama dan terutama adalah kesadaran bahwa kendali Pakistan atas PIOJK tidak banyak membantu meningkatkan kehidupan penduduknya. Kurangnya pembangunan ekonomi dan korupsi yang merajalela telah menyebabkan kemiskinan dan pengangguran yang meluas. Sebaliknya, banyak orang di Azad Kasmir mengamati kemajuan dan pembangunan di wilayah Jammu & Kashmir di bawah pemerintahan India.

Faktor penting lainnya adalah meningkatnya rasa keterasingan budaya dan agama di Azad Kashmir. Pemerintah Pakistan semakin memaksakan agenda Islam radikal di wilayah tersebut, yang sering kali bertentangan dengan praktik-praktik penduduk lokal yang lebih moderat dan berorientasi pada Sufisme.

Hal ini menyebabkan kesenjangan budaya, dengan banyak penduduk merasa bahwa identitas mereka terkikis di bawah kekuasaan Pakistan. Sebaliknya, pendekatan sekuler dan pluralistik India terhadap pemerintahan lebih selaras dengan keragaman budaya dan agama di kawasan tersebut.

Sebagian besar Koridor Ekonomi China Pakistan (CPEC) melewati Gilgit-Baltistan, yang diklaim India sebagai bagian dari bekas negara bagian Jammu & Kashmir. India menentang rute ini karena melewati wilayah yang dianggap diduduki secara sah oleh Pakistan.

Rute CPEC melalui Azad Kashmir telah meningkatkan kehadiran Tiongkok di wilayah tersebut. India melihat hal ini sebagai pelanggaran dan ancaman strategis di sepanjang Garis Kontrol dan perbatasan India-Tiongkok. Di Azad Kashmir pun, masih menurut laporan yang sama, terdapat reaksi yang beragam, di mana mayoritas prihatin tentang degradasi lingkungan dan kurangnya keterlibatan dalam pengambilan keputusan.

Keinginan masyarakat Azad Kashmir bergabung dengan India memperkuat narasi lama dan perspektif hukum India tentang posisi wilayah yang diokupasi Pakistan. India secara konsisten menyatakan bahwa Jammu & Kashmir, termasuk Azad Kashmir, merupakan bagian integral dari wilayahnya melalui Dokumen Aksesi Hukum yang ditandatangani Maharaja & Kashmir.

Pemerintah India juga telah menyatakan kesediaannya untuk menyambut masyarakat Azad Kashmir jika mereka memilih untuk bergabung dengan India. Namun, agar hal ini terjadi, masyarakat internasional harus melakukan upaya bersama untuk menekan Pakistan agar menghormati keinginan masyarakat Azad Kashmir dan memungkinkan penyelesaian konflik secara damai.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya