Polemik impor daging kerbau India sampai dengan pendistribusian kepada konsumen hingga kini masih banyak diwarnai kejanggalan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging dan protein hewani dalam negeri, pemerintah telah membuka keran impor daging kerbau India selama tahun 2024.
Perusahaan pelat merah yakni PT Berdikari dan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) diketahui mendapat kuota impor sebanyak puluhan ribu ton.
Alhasil, impor yang dilakukan secara bertahap tentunya bisa meningkatkan konsumsi daging sekaligus mewujudkan harga yang terjangkau di masyarakat.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui Peraturan Nomor 12/2024 telah menetapkan harga acuan pembelian di tingkat produsen dan penjualan di tingkat konsumen untuk daging kerbau beku sebesar Rp80.000 per kg.
Penelusuran
RMOL di beberapa pasar dan outlet distributor daging didapati harga daging kerbau beku tersebut berkisar di atas Rp80.000.
Praktis, tingginya harga itu banyak dikeluhkan para pelaku usaha yang menggunakan daging kerbau sebagai bahan baku produknya.
Salah satunya para pengusaha atau penjual bakso yang turut menjadikan daging kerbau sebagai bahan baku dalam pembuatan bakso.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pedagang Mie dan Bakso (Apmiso) Lasiman. Ia menyatakan keresahannya terhadap kondisi yang terjadi saat ini.
“Kami (dulu) diminta Bulog untuk menyosialisasikan daging kerbau beku untuk pedagang-pedagang bakso. Kami menyosialisasikan dengan biaya sendiri kemudian menyetor ke Bulog,” kata Lasiman kepada
RMOL, Minggu, 17 November 2024.
Namun seiring berjalannya waktu, ketika daging kerbau telah tersosialisasi dengan baik, Bulog akhirnya menggunakan distributor resmi yang ditunjuk.
Tentunya distributor yang memiliki modal besar, namun turut memainkan harga daging kerbau di pasaran sehingga menjadi tinggi.
“Akhirnya ketika kami butuh daging kerbau, kami harus ngambil di distributor-distributor pihak ketiga tadi dengan harga yang setinggi-tingginya,” ungkap dia.
Hal itu terjadi beberapa waktu lalu ketika Bulog yang mengambil peran kuota daging kerbau India. Kini, di tangan PT Berdikari, Lasiman memprediksi kondisinya sama bahkan bisa menjadi lebih parah.
“Mestinya pemerintah turun tangan di sini, harga terus dipermainkan. 70 persen pengguna daging tertinggi itu masih kami, pedagang bakso yang saat ini harus beli lewat pihak ketiga (distributor) dengan harga yang tinggi,” bebernya.
Ke depan, Lasiman berharap agar masalah ini bisa diselesaikan oleh pemerintah.
“Ya mudah-mudahan ada pembaruan dan perbaikan dengan pola distribusi daging kerbau,” pungkasnya.
Dugaan monopoli daging kerbau beku ini makin terendus setelah outlet-outlet daging milik distributor lama juga menjual baik eceran maupun
wholesale dengan harga di atas standar yang ditetapkan.
Padahal dari informasi yang diperoleh, harga asli daging kerbau dari India hanya berkisar Rp50 ribuan (mengikuti kurs Dolar AS saat ini). Dengan demikian, distributor yang berkolaborasi dengan perusahaan pelat merah tersebut bisa mengeruk banyak keuntungan dan merugikan konsumen.