Berita

Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid saat menjadi Keynote Speech dalam talkshow "One Spatial Planning Policy Kunci Sukses Pembangunan Nasional Berkelanjutan” di Kementerian ATR/BPN, Jakarta, Jumat, 8 November 2024/RMOL

Bisnis

One Map Policy, Solusi Konflik Tata Ruang Demi Kepastian Investasi

JUMAT, 08 NOVEMBER 2024 | 13:12 WIB | LAPORAN: YUDHISTIRA WICAKSONO

Penyelesaian one map policy (kebijakan satu peta)  kini menjadi prioritas pemerintah untuk menjamin kepastian investasi. 

Kebijakan ini diharapkan mampu mengatasi tumpang tindih lahan yang kerap memicu konflik dan memperlambat perizinan usaha.

Hal ini disampaikan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid saat menjadi Keynote Speech dalam talkshow "One Spatial Planning Policy Kunci Sukses Pembangunan Nasional Berkelanjutan” di Kementerian ATR/BPN, Jakarta, Jumat, 8 November 2024.

Politisi Partai Golkar itu mengatakan bahwa  ketiadaan one map policy menyebabkan pengurusan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR) menjadi lambat. Sementara, pelaku usaha membutuhkan PKKPR sebagai persyaratan untuk membangun usaha.

"Akibatnya  korban dan terdakwa pertama oleh pelaku usaha adalah otoritas tata ruang di Kementerian ATR-BPN," ujar Nusron.

Lambatnya pengurusan PKKPR, lanjut Nusron, akibat ketiadaan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang seharusnya menjadi acuan utama dalam proses tersebut.

Sementara saat ini, dari kebutuhan 2.000 Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Indonesia baru memiliki 541 RDTR, dan hanya 278 di antaranya yang terintegrasi dengan sistem Online Single Submission (OSS).

“PR kita kali ini adalah bersama-sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG), yaitu menuntaskan tentang isu one map policy,” ungkap mantan anggota DPR ini.

Nusron menyebut bahwa keterlambatan pengurusan PKKPR ini berdampak pada iklim investasi di Indonesia. Menurutnya, investasi membutuhkan kepastian dan tidak bisa menunggu terlalu lama hingga peta atau RDTR rampung.

"Lama-lama nanti investornya kabur, pindah ke Vietnam, pindah ke Filipina, yang itu menjadi kompetitor kita," pungkasnya.

Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

BRI Salurkan KUR Rp27,72 Triliun dalam 2 Bulan

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

Badai Alfred Mengamuk di Queensland, Ribuan Rumah Gelap Gulita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:38

DPR Cek Kesiapan Anggaran PSU Pilkada 2025

Senin, 10 Maret 2025 | 11:36

Rupiah Loyo ke Rp16.300 Hari Ini

Senin, 10 Maret 2025 | 11:24

Elon Musk: AS Harus Keluar dari NATO Supaya Berhenti Biayai Keamanan Eropa

Senin, 10 Maret 2025 | 11:22

Presiden Prabowo Diharapkan Jamu 38 Bhikkhu Thudong

Senin, 10 Maret 2025 | 11:19

Harga Emas Antam Merangkak Naik, Cek Daftar Lengkapnya

Senin, 10 Maret 2025 | 11:16

Polisi Harus Usut Tuntas Korupsi Isi MinyaKita

Senin, 10 Maret 2025 | 11:08

Pasar Minyak Masih Terdampak Kebijakan Tarif AS, Harga Turun di Senin Pagi

Senin, 10 Maret 2025 | 11:06

Lebaran di Jakarta Tetap Seru Meski Ditinggal Pemudik

Senin, 10 Maret 2025 | 10:50

Selengkapnya