Natal tahun ini tidak terlalu membawa kabar yang menggembirakan bagi para pengusaha ritel di Amerika Serikat (AS).
Data impor terbaru menunjukkan, pengecer besar termasuk Walmart menjual lebih sedikit barang-barang kebutuhan Natal menjelang musim liburan yang diperkirakan biasa-biasa saja.
Dikutip dari
Reuters, Rabu 6 November 2204, pengecer terbesar di dunia itu telah memangkas impor Natal secara signifikan, mengirimkan sedikitnya 340.000 kilogram produk yang digambarkan sebagai barang "Natal" ke AS dalam 12 bulan yang berakhir pada 30 September 2024.
Data impor menunjukkan pengecer mengirim produk hampir tiga kali lebih banyak, setidaknya 980.000 kilogram, dalam 12 bulan sebelumnya hingga 30 September 2023. Dalam 12 bulan yang sama di tahun 2022, Walmart mengimpor lebih dari 1,9 juta kilogram produk Natal, mulai dari hiasan rusa kutub hingga boneka Grinch.
"Data bill of lading hanya menggambarkan sebagian gambaran dari apa yang kami dapatkan karena pengecualian data dari pasar, merek nasional, dan data importir domestik untuk merek swasta, antara lain," kata seorang juru bicara Walmart.
Investor Walmart Sizemore Capital Management mengatakan Walmart secara rutin meneliti data tentang pola belanja pembeli, termasuk data kartu kredit.
"Mereka telah melakukan penelitian terhadap konsumen mereka. Dan apa yang mereka simpulkan adalah bahwa musim liburan tidak akan sekuat itu," kata Charles Sizemore, kepala investasi di perusahaan tersebut.
Ia menambahkan, meskipun data impor produk liburan tidak menghitung barang elektronik, pakaian, atau barang dagangan umum lainnya, apa yang ditunjukkannya cukup jelas.
"Jika Walmart memesan lebih sedikit, mereka memperkirakan penjualan akan lesu," ujarnya.
Wakil ketua dan mantan CEO Hudson's Bay, Gerald Storch mengatakan para pengecer memperkirakan peningkatan penjualan yang lebih kecil pada liburan ini dibandingkan tahun lalu.
"Konsumen kewalahan karena uang yang tersisa untuk pembelian yang tidak penting semakin sedikit," katanya.
Federasi Ritel Nasional AS, yang diketuai oleh eksekutif puncak Walmart AS, John Furner, mengatakan pada bulan Oktober bahwa belanja liburan dalam dua bulan terakhir tahun ini diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,5-3,5 persen dibandingkan tahun lalu, tingkat pertumbuhan paling lambat sejak tahun 2018 ketika penjualan liburan naik sebesar 1,8 persen.
Pengecer AS juga diperkirakan akan mempekerjakan lebih sedikit pekerja musiman selama bulan-bulan liburan dibandingkan tahun lalu.
Craig Johnson, presiden konsultan ritel Customer Growth Partners, mengatakan sulit untuk menarik kesimpulan dari data impor barang dagangan liburan.
"Lebih sedikit impor dekorasi dan mainan Natal tidak selalu berarti musim sepi," kata Johnson.
Ia memperkirakan penjualan liburan AS akan naik 4 persen tahun ini, lebih lambat dari pertumbuhan penjualan tahun lalu sebesar 4,1 persen.