Berita

Gedung Tupperware/Shutterstock

Bisnis

Tupperware Selamat dari Bangkrut Usai Hakim Setujui Penjualan Aset ke Kreditur

Laporan: Jelita Mawar Hapsari
SENIN, 04 NOVEMBER 2024 | 12:21 WIB

Tupperware, merek dagang terkemuka dari Amerika Serikat (AS) yang memproduksi wadah penyimpanan makanan dan minuman, berhasil menghindari kebangkrutan setelah pengadilan memutuskan untuk mengizinkan penjualan asetnya kepada sejumlah kreditur.

Keputusan ini diambil setelah perusahaan mengajukan permohonan perlindungan Bab 11 ke Pengadilan Kepailitan AS pada September 2024 guna melakukan restrukturisasi keuangan.

Bab 11 dalam Kitab Undang-Undang Kepailitan AS memungkinkan perusahaan yang berutang untuk menyusun rencana reorganisasi agar bisnis tetap berjalan dan utang dapat dibayar secara bertahap.


Dalam perjanjian tersebut, Tupperware akan menjual nama merek dan aset utamanya kepada sekelompok kreditur dengan nilai 23,5 juta Dolar AS (sekitar Rp369 miliar) dan mendapatkan 63 juta Dolar AS (sekitar Rp991 miliar) dalam bentuk keringanan utang.

Kelompok kreditur yang mengambil alih Tupperware mencakup Stonehill Capital Management Partners dan Alden Global Capital, dua perusahaan investasi yang membeli utang Tupperware dengan diskon besar selama musim panas, menurut laporan pengadilan Tupperware.

Dikutip dari Reuters pada Senin 4 November 2024, Hakim Kepailitan AS Brendan Shannon dalam persidangan di Wilmington, Delaware, menyetujui usulan Tupperware untuk menjual asetnya sebagai langkah terbaik untuk menyelamatkan perusahaan.
Penjualan ini mencakup merek dagang Tupperware dan berbagai aset di pasar utama mereka, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brasil, Tiongkok, Korea, India, dan Malaysia.

Pengacara Tupperware, Spencer Winters, mengatakan bahwa sebelumnya perusahaan telah berusaha mencari pembeli selama beberapa bulan sebelum akhirnya mengajukan kebangkrutan.

Namun, upaya tersebut tidak berhasil karena tidak ada yang bersedia melunasi utang Tupperware yang mencapai 818 juta Dolar AS.

Laurie Ann Goldman, CEO Tupperware, menyatakan bahwa perusahaannya akan segera beralih ke model bisnis yang lebih berbasis teknologi digital dan mengurangi ketergantungan pada aset fisik.

“Kami akan memprioritaskan pendekatan yang lebih berteknologi tinggi agar Tupperware tetap relevan di pasar,” ungkapnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Ratusan Pati Naik Pangkat

Selasa, 02 Desember 2025 | 03:24

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Reuni 212 dan Bendera Palestina

Selasa, 02 Desember 2025 | 22:14

Warga Gaza Sumbang 1.000 Dolar AS untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 02 Desember 2025 | 05:03

UPDATE

ERP Mangkrak, Evaluasi Kadishub Syafrin Liputo!

Sabtu, 13 Desember 2025 | 04:07

Timnas Tersingkir Tragis

Sabtu, 13 Desember 2025 | 03:31

Dirut BSI Raih Sharia Banking Transformation Leader of the Year

Sabtu, 13 Desember 2025 | 03:14

Tak Benar Taman Nasional Way Kambas Dijual

Sabtu, 13 Desember 2025 | 03:04

Buka Posko Krisis Terpadu Mobil MBG Seruduk Siswa

Sabtu, 13 Desember 2025 | 03:01

Evakuasi Warga Pakai Helikopter

Sabtu, 13 Desember 2025 | 02:14

Saatnya Prabowo Reshuffle Besar-besaran Pasca Bencana Sumatera

Sabtu, 13 Desember 2025 | 02:04

Way Kambas Pilot Project Penjualan Karbon di Kawasan Taman Nasional

Sabtu, 13 Desember 2025 | 01:53

Mirza Agus Jenderal Doktrin dan Lapangan Lulusan Kopassus Kini Jaga Timur

Sabtu, 13 Desember 2025 | 01:33

Ketika Perpol Menantang Mahkamah Konstitusi

Sabtu, 13 Desember 2025 | 01:30

Selengkapnya