Berita

Ilustasi

Tekno

Tiongkok Gigih dan Banyak Akal untuk Membobol Teknologi Semikonduktor AS

MINGGU, 03 NOVEMBER 2024 | 06:28 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat menghadapi tantangan yang begitu berat dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Amerika Serikat harus bekerja keras untuk melindungi kemajuan teknologi dan kekayaan intelektual dari musuh yang gigih dan banyak akal: Tiongkok. 

Website FinacialPost.us menyebutkan, serangkaian kasus memperlihatkan kerja keras Tiongkok untuk memperoleh teknologi AS yang sensitif. Sering kali melalui cara yang ilegal. Ini tidak hanya mengancam kepentingan ekonomi Amerika tetapi juga menimbulkan risiko yang signifikan terhadap keamanan nasional.

Disebutkan, seorang warga negara Tiongkok bernama Chen Lin berusia 65 tahun baru-baru ini mengaku bersalah karena mengekspor peralatan semikonduktor AS secara ilegal. 

Lebih lanjut dilaporkan, teknologi semikonduktor merupakan fokus dalam persaingan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Insiden yang melibatkan Chen Lin bukanlah insiden yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari pola yang lebih luas dari upaya untuk memperoleh kemampuan manufaktur semikonduktor mutakhir, yang sering kali melanggar hukum dan peraturan AS.

Beratnya transfer teknologi ini menjadi lebih jelas ketika mempertimbangkan potensi aplikasi militernya. 

Kasus Shih Yi-Chi, seorang insinyur listrik yang dihukum karena mengekspor Sirkuit Terpadu Gelombang Mikro Monolitik atau Monolithic Microwave Integrated Circuits (MMIC) secara ilegal ke Tiongkok, memperlihatkan hubungan langsung antara teknologi yang dicuri dan kemajuan militer. 

MMIC, dengan aplikasinya dalam sistem pemandu rudal, jet tempur, dan radar, merupakan jenis teknologi penggunaan ganda yang sangat ingin ditingkatkan oleh Tiongkok untuk meningkatkan kemampuan militernya.

Lebih jauh, penangkapan seorang peneliti kelahiran Tiongkok karena diduga mencuri teknologi yang terkait dengan deteksi peluncuran rudal nuklir dan pelacakan rudal balistik dan hipersonik menggarisbawahi sifat strategis dari upaya spionase Tiongkok. Insiden ini mengungkap upaya terkoordinasi untuk melemahkan superioritas militer AS dan membahayakan keamanan nasional.

Pernyataan Direktur FBI Christopher Wray bahwa biro tersebut membuka penyelidikan kontraintelijen baru terhadap Tiongkok "setiap 12 jam" menggambarkan gambaran yang gamblang tentang skala dan intensitas kegiatan spionase Tiongkok. Kecepatan operasi yang tak henti-hentinya ini menunjukkan upaya yang didanai dengan baik dan diarahkan oleh negara untuk secara sistematis memperoleh rahasia teknologi AS.

Metode yang digunakan dalam operasi ini beragam dan canggih. Dari penggunaan perusahaan perantara untuk menyembunyikan pengguna akhir sebenarnya dari peralatan sensitif hingga perekrutan peneliti dan insinyur dengan akses ke teknologi mutakhir, pendekatan Tiongkok bersifat multifaset dan adaptif.

Di luar masalah keamanan nasional langsung, pencurian teknologi Tiongkok memiliki implikasi ekonomi yang mendalam bagi Amerika Serikat. 

Hilangnya kekayaan intelektual dan rahasia dagang merusak daya saing perusahaan-perusahaan AS, yang berpotensi menyebabkan kerugian miliaran dolar dalam pendapatan dan pekerjaan. Selain itu, hal itu mengancam kepemimpinan Amerika dalam industri-industri utama, khususnya di sektor teknologi tinggi.

Industri semikonduktor, landasan teknologi modern, sangat rentan. Karena Tiongkok secara agresif mengejar kemandirian semikonduktor, sering kali melalui cara-cara yang tidak sah, Tiongkok mengancam akan mengganggu rantai pasokan global dan berpotensi memanfaatkan posisinya untuk keuntungan ekonomi atau politik.

Pemerintah AS telah menanggapi ancaman-ancaman ini dengan meningkatkan pengawasan regulasi dan tindakan penegakan hukum. Daftar Entitas, yang dikelola oleh Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan, berfungsi sebagai alat penting dalam mencegah transfer teknologi sensitif ke entitas yang dianggap bertindak bertentangan dengan kepentingan keamanan nasional AS.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya