Berita

Ilustrasi pernikahan/Ist

Publika

Kelakar Janda Kaya

RABU, 30 OKTOBER 2024 | 07:11 WIB | OLEH: AHMADIE THAHA

DALAM satu acara kampanye yang dihadiri banyak kaum wanita, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Suswono, menyelipkan candaan yang mencuri perhatian netizen. Dia menyarankan "janda kaya menikahi pemuda nganggur," dengan mengambil contoh Siti Khadijah, seorang pengusaha kaya yang menikah dengan Muhammad bin Abdullah. 

Namun, kelakar ini justru memicu perdebatan panas, termasuk niatan dari GP Ansor DKI atau pihak lain untuk melaporkan Suswono atas dugaan penodaan agama. 

Untungnya, politisi yang suka bercanda ini sudah menyatakan minta maaf ke publik atas kehilafannya, dengan niat tulus memperbaiki diri.

Candaan ini sebenarnya bersumber pada fakta sejarah yang cukup menarik: Siti Khadijah, seorang janda kaya dan pengusaha sukses, memang menikah dengan Muhammad, seorang pemuda berusia 25 tahun yang saat itu belum menjadi nabi -- beliau mendapat wahyu 15 tahun kemudian. 

Dengan latar belakang sederhana dan hidup sebagai yatim, beliau saat itu bekerja sebagai pedagang untuk Khadijah. Jadi, jika kita menilik fakta sejarah, Muhammad memang bukan pengangguran. Bahkan, untuk menikah, beliau mempersiapkan diri dengan mahar 50 ekor unta muda yang, jika diuangkan sekarang, nilainya antara Rp1 miliar hingga Rp2 miliar.

Namun, apakah kelakar Suswono ini berhak menuai reaksi begitu tajam? Mari kita bedah humor yang berpotensi menjadi “pasal karet” ini dengan sudut pandang kritis, namun tetap penuh edukasi.

Suswono, yang dikenal dengan selera humornya, dalam pernyataannya mencoba menggambarkan hubungan Khadijah dan Muhammad dengan maksud mendukung pemuda yang berstatus sosial rendah secara ekonomi. Dia mengaku sama sekali tak bermaksud merendahkan pemuda Muhammad, sosok yang, meski bekerja pada orang, memiliki reputasi tinggi sebagai Al-Amin (yang terpercaya). 

Pilihan Khadijah untuk menikahi beliau bukan berdasarkan harta, melainkan akhlak mulia beliau. Namun di sinilah hal lucu sekaligus ironisnya: Suswono mungkin lupa bahwa perbandingan semacam ini, meski faktual, memerlukan sensitivitas yang tinggi mengingat posisi Nabi Muhammad sebagai figur agung dalam Islam.

Sejarah antara Khadijah dan Muhammad memang menghadirkan contoh bagaimana cinta melampaui sekat-sekat sosial dan ekonomi. Namun, mungkin Suswono mengira audiens kampanyenya sudah memahami konteks ini -- ternyata tidak semua orang melihatnya demikian.

Seperti candaan khas para politisi, seringkali ada pesan baik terselip dalam gaya jenaka. Faktanya, audiens memang suka dengan ceramah jenaka penuh humor. Namun, politik Indonesia punya sensitivitas sendiri. Dari sudut pandang ini, reaksi publik terhadap kelakar Suswono menarik untuk disimak.

Masyarakat hari ini semakin sensitif terhadap tokoh agama dan nilai-nilai keagamaan, sehingga setiap sentuhan humor pada topik ini kerap memantik reaksi keras. Candaan yang seharusnya sederhana berubah menjadi topik serius yang menggoyang kepercayaan, terutama jika dianggap kurang etis.

Padahal, jika dilihat dengan tenang, kelakar ini tidak jauh berbeda dari contoh-contoh historis, seperti candaan Abu Nawas yang kelewatan. Juga, Nasruddin Hoja, Juha, Mulla Do-Piyaza, Birbal, Voltaire, Mark Twain, dan Oscar Wilde, yang hebat dengan humor masing-masing. Namun, ada batasan tipis yang sering dilupakan para politikus – humor soal agama hampir selalu rentan salah paham.

Tampaknya, daripada membawa persoalan ini ke ranah hukum, sepertinya lebih bijak menjadikannya sebagai kesempatan edukasi. Menceritakan bagaimana Khadijah memilih Muhammad bukan karena status sosial adalah contoh yang patut diingat. 

Faktanya, Khadijah adalah seorang janda terhormat yang mengutamakan sifat mulia daripada sekadar harta. Muhammad sendiri tidak merasa minder, malah mampu berdiri tegak dengan kepercayaan diri karena integritasnya.

Jadi, apakah Muhammad itu miskin saat menikahi Khadijah? Secara ekonomi, beliau tidak temasuk kaya. Namun beliau kaya dalam kejujuran, kepercayaan, dan akhlak yang luhur. Dan jika kita telaah lebih dalam, boleh jadi contoh inilah yang justru ingin diangkat Suswono? Bukan tentang hartanya, tapi tentang bagaimana masyarakat perlu menghargai sifat-sifat mulia di atas kekayaan.

Mari jadikan kontroversi ini sebagai pelajaran penting bagi kita semua bahwa berbicara soal agama membutuhkan kehati-hatian, terlebih di ranah politik. Barangkali niatan Suswono adalah baik, namun penyampaiannya yang bersifat guyon bisa saja memancing respons yang keliru.

Dalam kaitan ini, semoga kita bisa lebih bijak dalam merespon kelakar tanpa melupakan esensi dan fakta di balik kisah sejarahnya. Tidak ada salahnya menjadikan sejarah sebagai inspirasi, asalkan dilakukan dengan penuh rasa hormat dan pemahaman mendalam akan maknanya. 

Sebab, tak peduli siapapun yang bercanda, apalagi seorang politisi, selalu ada risiko “kalah sebelum kampanye” bila publik merasa terhina.

*Penulis adalah Pemerhati Kebangsaan, Pengasuh Pondok Pesantren Tadabbur Al-Qur'an


Populer

KPK Kembali Periksa Pramugari Jet Pribadi

Jumat, 28 Februari 2025 | 14:59

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

KPK Terus Didesak Periksa Ganjar Pranowo dan Agun Gunandjar

Jumat, 28 Februari 2025 | 17:13

Bos Sritex Ungkap Permendag 8/2024 Bikin Industri Tekstil Mati

Senin, 03 Maret 2025 | 21:17

UPDATE

Tekuk Fiorentina 2-1, Napoli Tak Biarkan Inter Tenang

Senin, 10 Maret 2025 | 01:21

Polda Jateng Tegas Larang Petasan Sepanjang Ramadan

Senin, 10 Maret 2025 | 00:59

Kluivert Tiba di Jakarta Ditemani Mantan Pemain Man United

Senin, 10 Maret 2025 | 00:41

Cegah Bencana Seperti di Jabotabek, Menteri ATR/BPN Evaluasi Tata Ruang di Jatim

Senin, 10 Maret 2025 | 00:25

Asiang Versus JACCS MPM Finance, Peneliti IPD-LP Yakin Hakim MA Lebih Adil

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:58

Beri Bantuan untuk Korban Banjir di Candulan, Okta Kumala Dewi Berharap Ada Solusi Jangka Panjang

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:41

PSU Empat Lawang Diikuti Dua Paslon, Pencoblosan pada 19 April 2025

Minggu, 09 Maret 2025 | 23:20

Update Banjir dan Longsor Sukabumi: 5 Orang Wafat, 4 Orang Hilang

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:44

Menanti Keberanian Kejagung Bongkar Biang Kerok Korupsi Migas

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:30

PTPN IV PalmCo Siapkan 23 Bus untuk Mudik di Sumatera dan Kalimantan

Minggu, 09 Maret 2025 | 22:18

Selengkapnya